Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) membutuhkan US$ 40 miliar untuk meningkatkan ketahanan energi dengan membangun dua kilang baru dan meningkatkan kehandalan empat kilang.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan, dua kilang baru tersebut akan dibangun di Tuban, Jawa Timur dan Bontang dengan nilai investasi total US$ 10 miliar.
Untuk kilang Tuban, Pertamina akan bekerjasama dengan membentuk joint venture, sedangkan kilang Bontang pembangunannya mengunakan skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Pembangunan dua kilang tersebut ditargetkan rampung 2019.
"Mengenai yang untuk kilang baru yang di Tuban, Insya Allah kita akan siap memperoleh partner-nya di akhir Januari," kata Dwi di Istana Negara, Jakarta, Kamis (3/12/2015).
Baca Juga
Advertisement
Dwi menambahkan, empat kilang yang ditingkatkan kehadalannya tersebut masuk dalam proyek Refinery Development Masterplan Program (RDMP) yaitu kilang Cilacap yang membutuhkan investasi US$ 55,5 miliar, kilang Balikpapan membutuhkan investasi US$ 5,5 miliar.
Kemudian, kilang Balongan US$ 4 miliar dan Dumai membutuhkan investasi US$ 4,5 miliar. Untuk menjalankan proyek tersebut, Pertamina akan mengajak mitra.
"Total kira-kira US$ 35 miliar-US$ 40 miliar. Itu untuk keseluruhan," ujarnya.
Menurut Dwi, jika proyek peningkatan kehandalan empat kilang telah selesai maka dapat meningkatkan produksi bahan bakar dari 800 ribu barel menjadi 1,4 juta barel.
Sedangkan untuk dua kilang dapat memproduksi bahan bakar sebanyak 600 ribu barel sehingga total penambahan produksi bahan bakar mencapai 2 juta barel per hari. Keseluruhan proyek tersebut ditargetkan selesai 2023.
"RDMP ini upgrade dari yang lama ke kapasitas yang lebih baru dan kompleksitas yang lebih bagus sehingga kita bisa mengolah minyak mentah yang lebih murah itu akan nambahi kapasitas dari saat ini 800 ribu menjadi 1,4 juta barel per hari. Sedangkan 2 kilang baru yakni yang di Tuban dan di Bontang itu masing-masing 300 ribu jadi 600 ribu," tutup Dwi.