Liputan6.com, Jakarta - Bung Karno dikenal sebagai pemimpin tegas dan sangat anti-asing. Hal itu setidaknya ditunjukkan ketika dirinya menghadapi Belanda yang berusaha merebut wilayah Irian Barat (Papua) dari Tanah Air.
Ketika itu, seperti tahun-tahun sebelumnya, tiap 5 Desember warga Belanda di Tanah Air merayakan Sinterklas. Dalam tradisi Belanda, tiap tanggal tersebut atau 20 hari sebelum Natal, bakal ada Sinterklas yang datang dari Spanyol mengendarai kuda.
Sukarno tak mempermasalahkan perayaan ini dan mengizinkan warga Belanda dan umat Nasrani lainnya merayakannya di Tanah Air.
Namun pada 5 Desember 1957, Sukarno melarang perayaan tersebut. Bukan karena perayaan terkait agamanya, namun lantaran geram terhadap Belanda yang saat itu merupakan bagian Tanah Air.
Pada hari itu, Sukarno menyatakan warga Belanda "bahaya bagi negara" dan mengusir mereka untuk meninggalkan Indonesia. Demikian seperti dimuat dalam buku "The importance of indonesianisasi during the transition from the 1930s to the 1960s".
Baca Juga
Advertisement
Kala itu, hampir sekitar 50 ribu orang Belanda meninggalkan Indonesia, setelah Kerajaan Belanda turun tangan dengan mengirim perahu ke Nusantara untuk menjemput warganya. Semua perusahaan Belanda di Indonesia pun dinasionalisasi pemerintah Bung Karno.
Hubungan ekonomi Indonesia dan Belanda kemudian putus. Pada 17 Agustus 1960, hubungan diplomatis kedua negara resmi diputuskan.
Pada tanggal itu, tak ada keceriaan dan bungkus kado seperti yang terjadi saat Indonesia masih dalam kondisi perang, di mana warga Belanda dan keturunannya masih leluasa merayakan hari Sinterklas.
Tapi, sejak Bung Karno marah, hal itu sirna. Perayaan sinterklas yang kelabu ini disebut 'Sinterklas Hitam.'
Selain karena Belanda enggan meninggalkan Papua Barat, Sukarno melancarkan kebijakan ini, karena fakta bahwa perekonomian masih dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan Belanda.
Belanda diketahui bertekad ingin menjadikan Irian Barat sebagai wilayah persemakmuran.
Alasan lainnya, beberapa bulan sebelumnya, Belanda menjadikan bahasanya sebagai bahasa nasional di Irian Barat dan menyerukan, agar bahasa tersebut diintegrasikan ke warga sekitar.
Hal ini yang membuat Sukarno geram dan memutuskan langkah agar Tanah Air tetap bersatu, dengan mengusir Belanda.
Indonesia pada akhirnya berhasil mempertahankan Papua Barat, setelah melalui proses diplomasi yang dimediasi PBB dan proses voting Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969. Nama Papua Barat kemudian diganti menjadi Irian Jaya pada masa pemerintahan Presiden Soeharto.
Pada tanggal yang sama tahun 2013, Nelson Mandela meninggal dunia. Orang Afrika Selatan berkulit hitam pertama yang menjadi presiden pertama di sana itu menghembuskan napas terakhir pada usia 95 tahun, karena mengalami infeksi paru-paru.
Sementara pada 5 Desember 1945, penerbangan 19 dari kesatuan angkatan udara dari 5 pesawat pembom angkatan laut Amerika Serikat dinyatakan hilang di Segitiga Bermuda.