Liputan6.com, Jakarta - Koordinator Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Sebastian Salang, menilai pilkada serentak 2015 tidak memiliki gaung yang luar biasa. Padahal, hari [pemungutan suara](http://news.liputan6.com/read/2381735/mkd-periksa-setya-novanto-senin-pekan-depan "") pada 9 Desember mendatang tinggal beberapa hari lagi.
"Mestinya gaung pilkada serentak ini luar biasa," ujar Sebastian usai menghadiri sebuah diskusi di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (5/12/2015).
Kata dia, semarak pilkada serentak justru tenggelam oleh pemberitaan terkait dugaan pelanggaran kode etik Ketua DPR Setya Novanto soal pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden dalam perpanjangan kontrak PT Freeport Indonesia.
"Apa yang kita saksikan pilkada serentak ini nyaris tidak terdengar, adem ayem. Bahkan tertutup oleh kasus-kasus 'papa minta saham'," ucap Sebastian.
Baca Juga
Advertisement
Praktis, lanjut dia, kegiatan pilkada serentak ini tidak mendapat liputan yang luar biasa dari media. Akibatnya, masyarakat juga tidak mendapat referensi mengenai profil calon yang akan dipilih saat 9 Desember mendatang.
Dengan kurang mendapat perhatian dari media, terjadi dampak lainnya. Salah satunya soal potensi terjadinya penyimpangan dan money politic sangat terbuka lebar menjelang hari pemungutan suara.
"Kalau itu terjadi maka siap-siap kepala daerah terpilih banyak menjadi pesakitan, berakhir di penjara. Itu karena mahar politik yang besar, biaya kampanye yang besar, ditambah lagi transaksi untuk mendapatkan suara," ucap Sebastian.