Kisah Si 'Ungu' yang Ubah Industri Fesyen Abad ke-19

Satu warna mampu menjadi gebrakan dalam industri fesyen di Abad ke-19.

oleh Indy Keningar diperbarui 06 Des 2015, 16:42 WIB
Warna ungu yang menjadi warna penting di industri fesyen Abad ke-19. (foto: Tumblr/OMGThatDress)

Liputan6.com, Canberra - Industri kain dan pewarnaan pakaian merupakan industri besar-besaran pada Abad ke-19, cepat berganti dan internasional. Ini dibuktikan dari empat gaun ungu dan pewarna yang digunakan.

Analisis terbaru terhadap empat gaun gaya Victorian, yang studinya diterbitkan di Spectrochimica Acta, Part A: Molecular and Biomolecular Spectroscopy, mengungkapkan bahwa pewarna ungu yang awalnya kegunaannya sintetis, beralih menjadi komersil hanya dalam jangka waktu empat tahun.

Warna ungu, yang kerap dikaitkan dengan bangsawan, ada asal-usul sejarahnya. Sebelum Abad ke-19, pewarna ungu ada dalam jumlah terbatas dan eksklusif, sehingga hanya digunakan bagi pakaian kaum bangsawan. Namun, pada Abad ke-19, ada penemuan pewarna ungu sintetis yang membuat gebrakan, membuat kain ungu lebih terjangkau. Asal-usul pewarna pun menjadi bahasan historis.

Dalam studi terbaru, periset dari CSIRO Manufacturing and the National Gallery of Victoria di Australia menunjukkan bahwa pewarna ungu merupakan bagian dari industri yang cepat bergerak, pewarna sintetisnya menjadi kegunaan komersil hanya dalam waktu empat tahun.

"Analisis kimia menjadi petunjuk industri pewarna pada Abad ke-19, mengungkapkan penggunaan pewarna dari seluruh dunia," ungkap Dr. Jeffrey Church, salah satu penulis dalam studi dan ketua ilmuwan periset di CSIRO Manufacturing, pada Science Daily, Minggu (6/12/2015).

Periset mengambil sampel kecil dari serat kain keempat gaun: tiga gaun Abad ke-19 dari Inggris dan satu gaun pengantin dari Australia. Mereka mengambil ekstrak pewarna dari sampel benang sutra tipis dan menganalisisnya dengan kombinasi teknik kimia: empat lapis chromatography (pemisahan campuran bahan dengan cara penguapan atau penambahan zat) dan surface enhanced Raman spectroscopy (teknik pemecahan molekul zat), dan Fourier mengubah hasilnya dengan dua teknik spectroscopy berbeda.

Fesyen Abad ke-19. (foto: labs.europeana.eu)

Ditemukan, tiga gaun dari Inggris diwarnai dengan methyl violet, salah satunya bahkan dibuat hanya empat tahun setelah pembuatan pewarna ungu berhasil.

"Gaun yang pewarnanya mengandung methyl violet dibuat setelah keberhasilan menciptakan pewarna ungu sintetis, mengindikasikan betapa cepat pewarna ungu sintetis digemari oleh perdagangan tekstil dan dunia fesyen di masa itu," komentar Dr. Church.

Bagaimanapun, gaun pengantin dari Australia diwarnai dengan jenis pewarna berbeda--Perkin's maube--yang signifikan secara sejarah, karena merupakan pewarna sintesis ungu pertama, dan hanya diproduksi selama 10 tahun. Ini mengejutkan periset, karena gaun dibuat 20 tahun setelah pewarna ditarik dari pasaran.

"Gaun yang dipertanyakan ini dibuat di Australia," jelas Dr. Church.

"Apakah adanya Perkin's mauve ada kaitannya dengan tertundanya perdagangan antara Eropa dan Australia? Atau bahan yang berharga ini ditenun berdekade lalu dan disimpan untuk pernikahan yang istimewa? Ini merupakan contoh menarik bagaimana penemuan teranyar dan teknologi bisa mengungkap masa dan kehidupan generasi lampau. Dalam melakukannya, seperti yang umum dalam sains, sering kali menghasilkan pertanyaan lebih lanjut," tutup Church.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya