Liputan6.com, Jakarta Pengobatan dari segala macam penyakit membutuhkan dua aspek yang penting untuk dipertimbangkan, yaitu waktu dalam pengobatan dan efek samping dari pengobatan tersebut. Untuk jenis penyakit tuberkulosis (TB) diperlukan pengobatan yang ekstra dalam segi waktu dan efek sampingnya.
Di Afrika dan Uzbekistan, dilakukan pengujian terhadap penyakit TB di dua klinik yang menginginkan pengobatan tersebut dengan kualitas hasil yang tinggi dan biaya murah.
TB-MDR ini paling banyak ditemukan di India, Rusia, Brasil, China dan Afrika Selatan. TB dapat disembuhkan dengan pengobatan yang dilakukan selama dua tahun yang hanya dapat menghasilkan seperempat dari 480.000 orang, bisa didiagnosis dari penyakitnya. Dari jumlah tersebut, hanya 50 persen yang dapat disembuhkan karena pengobatan ini cukup mengerikan.
Dikatakan mengerikan karena pasien harus mengonsumsi selusin antibiotik yang berdosis kuat selama kurang lebih dua tahun. Mereka harus menyerahkan diri mereka untuk disuntik setiap hari selama delapan bulan. Efek samping dari pengobatan tersebut ialah hilangnya pendengaran dan kerusakan pada hati.
Hasil awal selama sembilan bulan dari pengobatan ini ialah, terdapat 507 orang yang menjalani perawatan secara berkala mendapat penyembuhan sekitar 80 persen. "Namun dari hasil pengobatan jangka pendek tersebut terdapat efek samping yang lebih," ujar Arnaud Trèbucq dari International Union Against Tuberculosis and Lung Disease, dilansir dari laman Newscientist, Senin (7/12/2015).
Baca Juga
Advertisement
"Kami sudah memiliki hasil yang sama di setiap negara yang kita pelajari," kata Trèbucq, yang mengumumkan hasil awal pada Konferensi Dunia Union Kesehatan Paru di Cape Town, Afrika Selatan.
"Hasil ini menunjukkan bahwa rezim yang dilakukan selama sembilan bulan dapat diimplementasikan secara praktis yang mencapai angka kesembuhan 80 persen," kata Stephen Murray, petugas medis senior dari organisasi non-profit global, TB Alliance.
"Tapi dari sudut pandang kami, kami membutuhkan kontrol dari hasil studi yang mencakup keseluruhan. Dengan demikian, kita memiliki pegangan yang tepat, apakah pengobatan ini benar-benar bekerja baik atau tidak bekerja lebih baik," katanya.
Untuk mencapai hal tersebut, rencana akan dilakukan untuk memulai uji coba skala internasional dari dua rezim baru. Ini juga akan melibatkan beberapa pasien yang menerima rezim lama. Sidang akan mengevaluasi efektivitas rezim selama 9 bulan dan rezim 6 bulan, yang keduanya termasuk obat anti-TB baru yang dikembangkan oleh Janssen Pharmaceutica di Belgia. (*)