Liputan6.com, Kuta - Ratusan warga Kuta, Bali kesurupan saat menggelar ritual tolak bala atau yang dikenal upacara Nangluk Merana. Ritual Nangluk Merana yang digelar di setiap perempatan di wilayah Kuta diikuti ribuan warga Desa Adat Kuta.
Baik remaja maupun dewasa, laki-laki dan perempuan kesurupan. Mereka berteriak-teriak, menjerit, hingga menangis tak sadarkan diri.
Tak sedikit di antara warga yang kesurupan itu meminta arak atau minuman keras tradisional Bali untuk diminum. Ada juga yang meminta dupa yang sudah menyala untuk dimakan. Bahkan yang lebih ekstrem, di antara mereka yang kesurupan meminta anak ayam yang masih hidup untuk diminum darahnya.
Salah satu tokoh adat Kuta, Dewa Gede Mayun mengungkapkan, mereka yang kesurupan itu biasanya merupakan sadeg atau pepatih. Menurut dia, ritual Nangluk Merana adalah upacara permohonan keselamatan kepada Tuhan yang bertujuan menetralisasi alam semesta dari hal negatif termasuk bencana alam dan serangan wabah penyakit.
"Di antara yang kerauhan atau kesurupan itu, mereka meminta keris untuk ditancapkan ke dada maupun mereka sambil diiringi gamelan," ucap Dewa Mayun disela upacara Nangluk Merana di Kuta, Bali, Senin (7/12/2015).
Baca Juga
Advertisement
Setelah sekian lama kerauhan atau kesurupan, mereka lalu diperciki tirta atau air suci para pemangku atau pemimpin upacara Nangluk Merana tersebut.
"Seluruh barong yang ada di Kuta yang mengikuti ritual Nangluk Merana itu kemudian berkumpul di Pura Dalem Kayangan Desa Kuta untuk mengikuti prosesi puncak upacara Nangluk Merana," kata Dewa Mayun.
Ritual berlangsung hampir di seluruh perempatan yang ada di Kuta mulai pukul 08.30 Wita hingga pukul 14.00 Wita, sehingga akses jalan menuju kawasan wisata itu ditutup sementara.
"Akses jalan menuju kawasan Kuta akan ditutup sementara dan siangnya diberlakukan sistem buka tutup. Hal itu untuk memperlancar upacara Nangluk Merana," terang Gede Mayun.