Liputan6.com, Jakarta "Bunda, mengapa 'punyaku' berbeda dengan adik?", pertanyaan ini kerap menjadi topik yang dihindari orangtua. Padahal, bila memang anak penasaran dengan alat kelaminnya, orangtua harus menjawabnya.
Seperti disampaikan President of the UK Faculty of Public Health, Prof John Ashton, sejak usia 3 tahun, anak boleh menerima informasi
mengenai kelaminnya. Pendidikan seks seperti ini akan mencegahnya dari seks berisiko di usia remaja.
"Saat anak mulai bertanya, orangtua harus meresponnya dengan informasi yang benar mulai dari produksi sperma. Bila diabaikan, mereka akan mencari informasi dari orang atau tempat lain," katanya, seperti dimuat laman Dailymail, Selasa (8/12/2015).
Ashton menerangkan, usia 13-14 tahun merupakan usia yang relatif terlambat memberikan informasi mengenai seksual. Bagi beberapa anak yang mengalami hubungan yang kompleks, dia akan berani melakukan hubungan seks.
Baca Juga
Advertisement
Yang jadi masalah, hampir di semua sekolah di dunia menetapkan pendidikan seks sejak usia SMP, tak terkecuali di negara maju. Di
Inggris misalnya, pendidikan seks diberikan pada usia sekitar 11 tahun.
"Pendidikan seks semestinya wajib di semua sekolah dasar hingga menengah. Dalam hal ini orangtua dan guru harus bersinergi," katanya.
Dengan memberikan pengetahuan seks sejak kecil, kata Ashton, anak akan belajar apa itu seks, kontrasepsi dan bagaimana mencegah penyakit menular seksual.