Pul Rawa Buaya Sering Jadi Sasaran Maling

Joni berharap ada kucuran anggaran dari Pemprov DKI Jakarta untuk membangun sistem keamanan yang laik di Pul Rawa Buaya.

oleh Audrey Santoso diperbarui 08 Des 2015, 16:53 WIB
Garis polisi terpasang di lokasi kebakaran pool busway, Rawa Buaya, Jakarta, Rabu (3/9/2015). Kebakaran yang menghanguskan lebih dari 15 unit bus TransJakarta tersebut pada Selasa (2/9) malam masih dalam penyelidikan. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Komandan Derek Dinas Perhubungan (Dishub) Pemprov DKI Jakarta Joni Budhi mengatakan, tempat penitipan kendaraan sitaan Dishub di Pul Rawa Buaya, Cengkareng Barat, Jakarta Barat sering menjadi sasaran maling.

Menurut Joni, para pencuri biasanya menggasak onderdil mobil, seperti tape (pemutar radio), aki, ban, spion, dan dinamo starter.

"Selama saya 2 minggu dinas di sini belum pernah ada kemalingan. Tapi, sebelumnya saya dengar sering terjadi. Makanya, warga sering mengeluh, takut kendaraannya menginap di sini terus dimaling," jelas Joni kepada Liputan6.com ketika dihubungi, Selasa (8/12/2015).

Joni mengatakan, kejadian itu terjadi lantaran keamanan di Pul Rawa Buaya tidak memenuhi standar. Selain tidak ada pagar pembatas, sumber daya manusia yang berjaga juga terbatas. Hanya 2 satpam yang berpatroli setiap malam di lahan seluas 20 hektare.


Dari pantauan lapangan, tidak ada pos keamanan di Pul Rawa Buaya. Penerangan di pul bergantung pada lampu jalan yang jumlahnya terbatas sehingga penerangan pul didominasi kegelapan. Sementara itu, 2 satpam yang berjaga tak dibekali tongkat atau senjata untuk melindungi diri saat dalam kondisi berbahaya.

"Bayangkan saja, tidak ada pagar sama sekali. Area ini langsung bersebelahan dengan perkampungan. Tahu sendiri kan daerah Cengkareng rawan maling. Lalu penjaga juga hanya ada 2, padahal areanya luas, 20 hektare," keluh Joni.

Joni mengungkapkan, setiap harinya ia harus pulang ke rumah larut malam pukul 00.00 WIB untuk memastikan keamanan di Pul Rawa Buaya terjamin. Ia pun merasa iba dengan 2 satpam mereka, Ending dan Jumadi, yang memikul tanggung jawab besar menjaga lahan puluhan hektare tersebut.

"Saya masuk kerja pagi karena wajib apel, pulang pun jam 12 malam. Tidur 2 sampai 3 jam saja. Habis bagaimana, saya lihat Ending dan Pak Jumadi semangat, masak saya enggak semangat?" ungkap Joni.

Joni berharap, ada kucuran anggaran dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membangun sistem keamanan yang laik di Pul Rawa Buaya.

"Harapan saya di sini (sistem keamanannya) SNI. Kan sudah ada contohnya di Tanah Merdeka dan Pulo Gebang," harap Joni.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya