Pariwisata RI Disebut Mustahil Kalahkan Malaysia Kurun 2 Tahun

Pemerintah Indonesia memasang target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 10 juta tahun ini.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 10 Des 2015, 10:10 WIB
Masalah tiket menjadi problem besar bagi pariwisata Gunung Bromo.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha yang tergabung dalam Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) meragukan langkah pemerintah Indonesia yang sesumbar mampu mengalahkan pariwisata Malaysia dalam kurun waktu 2 tahun.

Pesimistis tersebut lantaran minimnya infrastruktur di Tanah Air yang sejatinya menjadi nadi bagi segala bidang, termasuk pariwisata.

Wakil Ketua PHRI Johnnie Sugiarto menegaskan pemerintah terlalu muluk dalam mematok target tanpa melihat kelemahan Indonesia. Menurut dia, pariwisata Malaysia belum bisa tertandingi oleh Republik ini, bahkan dalam 5 tahun ke depan.

"Tidak mungkin dalam 2 tahun bisa mengalahkan pariwisata Malaysia, 5 tahun saja mustahil," ucapnya saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Kamis (10/12/2015).

Kata Johnnie, pemerintah memasang target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebanyak 10 juta tahun ini dan meningkat menjadi 12 juta di 2016. Pada 2019, target melonjak menjadi 20 juta.

Sementara Malaysia sudah mencapai jumlah kunjungan turis sebanyak 26 juta pada tahun lalu. Apabila kenaikan kunjungan rata-rata 10 persen per tahun, maka basis kunjungan wisman yang melancong ke Negeri Jiran akan menembus sekitar 40-50 juta kunjungan dalam 5 tahun mendatang.

"Jadi masih jauh kan kita mengejar mereka. Sebenarnya kita punya peluang besar menaikkan kunjungan wisman dari Eropa atau negara Asia lain," kata Johnnie.

Ia berpendapat peluang Indonesia untuk mengalahkan pariwisata Malaysia terbuka sangat lebar mengingat negara ini menawarkan berbagai tujuan wisata eksotis dari Sabang sampai Merauke.

Hanya saja, katanya, pemerintah perlu merevisi aturan yang akan mendongkrak kunjungan turis ke Indonesia.   

"Banyak orang luar negeri berkunjung ke Indonesia dalam rangka bisnis. Harusnya kalau berada di negara ini selama dua pekan, itu disebut sebagai turis, sama seperti di Malaysia. Jadi peraturan harus diubah," ucap Johnnie.

Cara lain, katanya, pemerintah harus agresif mempromosikan pariwisata Indonesia di pentas dunia. Langkah ini tentu membutuhkan anggaran cukup besar dan pemerintah Joko Widodo (Jokowi) sudah melakukannya saat ini. Alasannya, anggaran promosi wisata di Malaysia mencapai 10 kali sampai 20 kali lipat.

Paling penting, Johnnie mengaku, pemerintah perlu meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengebut pembangunan infrastruktur, seperti pembangunan bandara, jalan, dan lainnya.

Ia juga menyoroti kepadatan di Bandara Soekarno Hatta yang tidak diimbangi dengan infrastruktur memadai.

"Di jam-jam sibuk saat turis banyak datang, kepadatan Bandara Soetta lebih parah daripada Stasiun Gambir. Jalan di Bali sempit, macet, bikin waktu dan uang terbuang. Jadi kita perlu mengejar ketertinggalan ini. Jika semua ini bisa dilakukan, maka kurang dari 10 tahun kita bisa mengalahkan Malaysia," ucap Johnnie. (Fik/Nrm)**

** Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya