Liputan6.com, Beijing - China kini tengah kekurangan usia produktif. Dalam beberapa tahun ke depan, China bakal semakin kehilangan angkatan kerja. Bahkan pada 2040 nanti, Negeri Tirai Bambu ini bakal kehilangan 90 juta orang pekerja.
Menurut laporan World Bank, angkatan kerja diperkirakan akan berkurang 10 persen antara tahun 2010 hingga 2040. Persoalan tersebut diperparah dengan pertumbuhan usia tua yang cepat. Saat ini, penduduk China kebanyakan adalah angkatan tua, sebanyak 114 juta yaitu berusia 65 tahun ke atas.
China adalah negara dengan populasi terbanyak dunia, yakni 1,4 miliar orang. Namun kini usia produktifnya semakin menipis.
"Mereka beranjak tua sebelum menjadi kaya," tutur Philip O' Keefe dari World Bank seperti dilansir dari laman CNN Money, Kamis (10/12/2015).
Baca Juga
Advertisement
Usia pekerja di China anjlok pada 2012 untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade terakhir, dan penurunan tersebut terus berlanjut, menurut laporan Biro Statistik Nasional (China).
Beijing sudah mengetahui dua tantangan dari penurunan angkatan kerja dan populasi orang tua ke ekonomi negara, menyusul China yang tengah mengalami perlambatan ekonomi sejak krisis finansial. Pergeseran demografi di China bisa berdampak pada anggaran pemerintah, produktivitas buruh, juga pada biaya kesehatan dan pensiun.
Dalam upaya untuk mengatasi hal ini, pemerintah China menyatakan di Oktober ada relaksasi dari kebijakan 'satu anak', yang sudah berlaku sejak 1979. Aturan tersebut telah berujung pada banyaknya aborsi dan sterilisasi, diubah dan membolehkan pasangan punya dua anak.
Tapi ahli mengatakan, perubahan kebijakan tersebut sedikit terlambat, tidak akan terlalu membantu perekonomian secara instan, seperti halnya membesarkan bayi yang baru lahir butuh bertahun-tahun.
Negara Asia lainnya juga mengalami persoalan demografi yang serupa. Thailand dan Jepang juga diperkirakan akan kehilangan 10 persen populasi pekerjanya pada 2010-2040. Bahkan Korea Selatan diperkirakan bakal turun lebih besar, yakni 15 persen. (Zul/Ndw)*