Liputan6.com, Jakarta Bursa saham Amerika Serikat atau Wall Street ditutup naik pada perdagangan Kamis waktu setempat setelah 3 hari sebelumya terus mengalami penurunan. Namun kenaikan sedikit berkurang karena anjloknya harga minyak
Harga minyak turun di posisi terendah dalam tujuh tahun.
Advertisement
Sementara indeks saham AS kebanyakan babak belur karena kalah dari harga minyak yang membua investor khawatir tentang pertumbuhan ekonomi.
Minyak acuan Brent berjangka telah jatuh lebih dari 11 persen pada bulan ini dan melanjutkan penurunannnya pada Kamis, karena para pedagang melihat penurunan penurunan stok minyak mentah AS untuk fokus pada kelebihan pasokan di global.
"Orang-orang cenderung sedikit takut dan merasa harga minyak rendah adalah negatif bersih (untuk pasar yang lebih luas), ketika benar-benar tidak," kata Randy Frederick, direktur perdagangan dan derivatif untuk Charles Schwab di Austin seperti dilansir dari Reuters, Jumat (11/12/2015).
"Anda bisa berpendapat S&P adalah oversold sekarang setelah tiga hari turun," kata Frederick, juga mengutip perdagangan teknis setelah S&P memukul rata-rata bergerak 50 hari dari 2.054.
Pada 03:02, rata-rata industri Dow Jones naik 155,67 poin, atau 0,89 persen, ke 17.647,97, S & P 500 naik 14,18 poin, atau 0,69 persen, ke 2.061,8 dan Nasdaq Composite menambahkan 40,09 poin, atau 0,8 persen, ke 5.062,95.
Investor menunggu pertemuan Federal Reserve pada 15-16 Desember, ketika itu the Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam hampir satu dekade.
"Pasar berada dalam mode jeda sampai kita mendapatkan beberapa arah dari The Fed," kata Kim Forrest, analis riset ekuitas senior, Fort Pitt Capital Group di Pittsburgh.
Delapan dari 10 indeks sektor S&P 500 ditutup lebih tinggi dengan saham energi memimpin dengan naik 1,4 persen.
Data menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran naik ke level tertinggi dalam lima bulan dari 282.000 minggu lalu, tapi sepertinya tidak mengindikasikan penurunan di sektor tenaga kerja.