Rita Widyasari, Calon Kepala Daerah Perempuan Paling Unggul

Rita Widyasari-Edi Damansyah memperoleh 88,76 persen suara. Berhasil mengalahkan 3 calon lainnya di Kabupaten Kutai Utara.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 11 Des 2015, 06:57 WIB
Ketua Umum Forum Pemuda Pelopor Nasional, Rita Widyasari (istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Lingkar Survei Indonesia (LSI) Denny JA, merilis hasil quick count atau hitung cepat di 21 daerah yang melaksanakan pilkada serentak. Dari 21 daerah itu, ada 5 daerah yang dimenangkan oleh calon kepala daerah perempuan.

Peneliti LSI Denny JA, Ardiah Sopa mengatakan, dari 5 daerah tersebut, pasangan Rita Widyasari-Edi Damansyah yang paling unggul dari 3 daerah lainnya.

"Dari hasil quick count kita, Kabupaten Kutai Utara dengan pasangan Rita Widyasari-Edi Damansyah, memperoleh raihan yang paling besar yaitu 88,76 persen suara. Ini jelas lebih tinggi dari calon perempuan yang kami lakukan hitung cepat," ujar Ardiah di kantornya, Kamis (10 Desember 2015).


Berikut hasil quick count di 4 daerah yang ada calon kepala daerah perempuannya, yang dilakukan LSI-Denny JA.

1. Rita Widyasari-Edi Damansyah memperoleh 88,76 persen suara. Berhasil mengalahkan 3 calon lainnya di Kabupaten Kutai Utara.

2. Anna Sophanah-Supendi memperoleh 55,13 persen. Berhasil mengalahkan satu lawannya di Kabupaten Indramayu.

3. Haryanti-Marsyukuri meraih 66,66 persen. Berhasil mengalahkan satu lawannya di Kabupaten Kediri

4. Indah Dhamayanti Putri-Dahlan M Noer meraih 40,15 persen. Berhasil mengalahkan 3 lawannya di Kabupaten Bima

Saat dihubungi, peneliti Perludem Khoirunnisa Nur Agustyati mengapresiasi banyaknya calon perempuan yang lolos.

"Memang kemarin cukup banyak mencalonkan daerah, berdasarkan perhitungan suara 30 yang berhasil. Tapi, harus melihat latar belakangnya, apakah dia memang memperjuangkan haknya atau dipandang dekat elite atau petahana yang menggunakan sumber birokrasi," jelas Khoirunnisa.

Dia pun mengingatkan pentingnya kepala daerah perempuan untuk tidak dimanfaatkan oleh elite parpol atau lainnya.

"Ini memang baik, tapi jangan juga karena dia populer, banyak uang, kedekatan elite, dipilih kemudian menang. Jangan juga sampai alat untuk menarik suara saja. Harus benar-benar dipastikan calon itu adalah yang paling baik," pungkas Khoirunnisa.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya