Liputan6.com, Jakarta - Hari itu, 12 Desember 1969, terjadi ledakan bom yang menjadi salah satu tragedi paling heboh di Italia. 2 Bom meledak nyaris dalam waktu yang bersamaan. Masing-masing terjadi di 2 kota besar Italia, yakni Milan dan Roma.
Bom pertama meledak di lantai 3 Milan's Banca dell' Agricoltura (National Agricultural Bank/Bank Agraria Nasional), di kawasan Piazza Fontana, sekitar pukul 16.45 waktu setempat.
Pegawai bank yang menjadi saksi hidup, Michelle Carlotto mengaku terkejut saat dihantam suara ledakan begitu keras. "Saat itu, saya sedang duduk di meja kerja saya, di counter bank. Tiba-tiba duar...ledakan besar," ungkap dia, seperti dimuat BBC on This Day.
Lelaki berusia 27 tahun tersebut juga mengaku melihat tubuh korban 'terbang' terpental mendekatinya. "Jarak jasad itu cuma beberapa jengkal di depan saya. Sungguh mengerikan."
Akibat ledakan di Milan, setidaknya 13 orang tewas dan 100 orang lainnya terluka, termasuk sejumlah orang yang menghilang dan sulit ditemukan usai ledakan.
Berselang beberapa menit kemudian, bom meledak di lokasi lain: Roma. Tiga bom meledak di dua titik berbeda, yang mengakibatkan sekitar 14 orang terluka.
Polisi kemudian berhasil menemukan bom di lokasi lain, yakni di La Scala opera house, Milan. Bom yang ditemukan tersebut berhasil dijinakkan. Petugas kemudian meledakkan bom tersebut di halaman Bank Banca Commerciale Italiana.
Baca Juga
Advertisement
Aparat mengatakan, ada delapan peledak dengan berat sekitar 8 kilogram yang digunakan dalam serangan.
Total korban jiwa dalam tragedi di dua kota ini mencapai 100 lebih dan korban luka sekitar 20-an orang.
Presiden Italia Giuseppe Saragat mengecam serangan tersebut dan langsung memerintahkan agar bertindak cepat mengamankan sejumlah titik pusat kota. "Saya juga minta agar undang-undang terkait Kedaulatan Negara dibentuk untuk menindak tegas ancaman ini."
Perdana Menteri Italia saat itu, Mariano Rumor langsung melakukan rapat terbatas dan dalam konferensi persnya, dia menyebut serangan bom itu merupakan "aksi barbarisme" yang tak dapat dimaafkan. Mariano kemudian mengirimkan pesan telegraf ke Wali Kota Milan Aldo Aniasi dan menugaskan menteri terkait untuk memaksimalkan keamanan di Italia.
Motif serangan ini diduga sebagai ekspresi protes dari pihak yang tidak puas dengan pemerintahan. Sebab saat itu, kondisi perpolitikan dan ekonomi negara sedang lesu.
Setelah melakukan pengejaran, polisi akhirnya menangkap 4 tersangka. Mereka menghadapi persidangan mulai tahun 1974. Para pelaku dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, meski pada akhirnya hukuman diringankan.