Ernest Prakasa Akui Tak Mudah Menjadi Sutradara

Di film Ngenest, Ernest Prakasa awalnya hanya ingin menjadi penulis naskah.

oleh Fachrur Rozie diperbarui 13 Des 2015, 15:30 WIB
Ernest Prakasa [Foto: Gempur Muhammad Surya/Liputan6.com]

Liputan6.com, Jakarta Dalam film Ngenest, Ernest Prakasa banyak berperan. Tak hanya menjadi pemain, pria kelahiran 29 Januari 1982 itu juga berperan sebagai sutradara, dari film yang diambil dari triologi buku karangannya berjudul sama.

Awalnya, Ernest hanya ingin menjadi penulis naskah lantaran novel tersebut lahir berkat pemikirannya. Ia pun menjadi penulis naskah agar pesan yang disampaikan sama seperti yang dia inginkan.

Chand Parwez (foto: Saifulah Febri)

Namun ternyata, pihak Starvision Plus, dalam hal ini, Chand Parwez menyuruh Ernest untuk menyutradarai sekaligus. Sadar akan sulitnya menjadi sutradara, pria keturunan Thionghoa ini pun sempat menolak.

"Gue bilang sama Pak Parwez, kalau gue bikin skenarionya aja, biar pas sama apa yang mau gue sampaikan. Cuma beliau bilang ya sudah tanggung, sekalian saja lu yang di-rect," ucap Ernest saat ditemui di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat, baru-baru ini.

Ernest Prakasa [Foto: Gempur Muhammad Surya/Liputan6.com]

Sebelumnya memang Ernest sempat nemiliki pengalaman menyutradarai film. Namun film yang disutradarai Ernest memiliki durasi yang singkat, hanya 15 menit. Sedangkan film layar lebar memiliki durasi hingga 90 menit. "Gue tahu jadi sutradara itu nggak gampang. Tapi sedikit banyak gue faham," terang Ernest.

"Intinya Pak Parwez bilang kalau film itu kan story telling, menceritakan sebuah cerita dengan audio visual. Selama lo bisa menjaga story telling-nya, perkara teknis dan hal-hal yang berbau teknis kita bisa cari orang yang lebih pengalaman. Akhirnya gue ambil co-director dan director of photography dari Comic 8," tutur Ernest.

Para pendukung film Ngenest di antaranya Ernest Prakasa, Amel Carla, Arie Kriting, Ade Sechan dan Anggie Ang. [Foto: Gempur Muhammad Surya/Liputan6.com]

Sedikit faham tentang pekerjaan sutradara, Ernest pun hanya fokus terhadap bagaimana cara aktor dan aktris dalam menyampaikan sebuah skenario.

"Tugas sutradarakan fokus utama ada di aktor, bagaimana mereka menerima skenario. Karena di luar itu, kita punya orang lain yang kompeten, masalah sinematografi kita punya director fotografi, masalah art kita punya art director dan lainnya," jelas Ernest. (Fac/fei)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya