Liputan6.com, Washington - Sebuah perjanjian bersejarah yang dicapai di Paris, Prancis oleh delegasi dari lebih 190 negara bertujuan untuk memperlambat laju pemanasan global banyak menuai pujian. Termasuk dari Presiden Amerika Barack Obama.
"Seandainya seluruh target awal yang ditetapkan di Paris dipenuhi, kita baru akan mencapai sebagiannya saja jika ini menyangkut pengurangan karbon dari atmosfer. Karena itu kita tidak dapat berpuas diri karena perjanjian yang dicapai sekarang ini. Masalah belum teratasi karena perjanjian ini saja," ujar dia saat berbicara di Gedung Putih seperti dikutip Independent, Minggu (13/12/2015).
Perjanjian itu bertujuan untuk menjaga laju kenaikan suhu global kurang dari 2 derajat Celsius, menyediakan investasi miliaran dolar bagi negara-negara miskin, dan mulai mengurangi emisi karbon sesegera mungkin.
Utusan khusus China mengenai perubahan iklim Xie Zhenhua mengakui bahwa perjanjian itu tidak sempurna dan ada beberapa bidang yang memerlukan perbaikan. "Akan tetapi perjanjian itu tidak menghalangi semua pihak untuk membuat kemajuan-kemajuan bersejarah," ujar dia.
Baca Juga
Advertisement
Perjanjian itu dicapai meskipun sebelumnya mendapat tentangan dari India, China, Arab Saudi dan Malaysia. Mereka berpendapat negara-negara industri harus memikul tanggung jawab yang lebih besar.
Ekonomi negara-negara tersebut bergantung pada bahan bakar fosil dan transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan terutama akan sangat memberatkan mereka.
Tetapi Presiden Obama mengatakan Amerika adalah contoh mengenai bagaimana penciptaan lapangan kerja dapat berkembang meskipun polusi karbon yang diakibatkan bahan bakar fosil dikurangi.