Liputan6.com, Jakarta - Rapat koalisi partai berkuasa dalam parlemen Ukraina diwarnai kericuhan. Hujan interupsi terjadi dalam sesi tanya jawab yang berlangsung setelah Perdana Menteri Arseny Yatseniuk berpidato memaparkan data-data pencapaian pemerintah.
"Saya sudah sampaikan setahun lalu, tak ada yang mengumbar janji-janji muluk," kata PM Yatseniuk, membela kabinetnya dari tuduhan gagal melakukan reformasi yang dijanjikan.
Saat ditanya apakah ia akan mundur, pria 41 tahun itu menjawab, "Saya akan menerima keputusan dari parlemen Rusia. Saya tak akan mempertahankan kursi ini."
Tiba-tiba, seorang politikus kubu Presiden Petro Poroshenko, Oleh Barna mendatangi podium. Ia lalu memberikan karangan bunga berwarna merah untuk PM Yatseniuk, dengan sikap kasar.
Tak sampai di situ. Tak disangka, Barna menangkap pinggang PM Yatseniuk, mengangkatnya, dan menyingkirkannya dari podium.
Baca Juga
Advertisement
PM Yatseniuk yang kaget berpegangan pada podium. Namun, Barna terus menyeretnya, bahkan mengangkat kaki sang perdana menteri.
Melihat kejadian itu, kubu Yatseniuk dari Partai People Front tak terima. Sejumlah politikus mendorong Barna dan melayangkan tinju.
Di lain pihak, kubu lawan, para pendukung Presiden Poroshenko ikut-ikutan maju, perkelahian fisik terjadi selama beberapa menit.
Meski adu pukul di parlemen Ukraina bukan baru kali ini terjadi, insiden tersebut belakangan kian mempertontonkan perpecahan koalisi pro-Eropa di tengah spekulasi pemerintah akan jatuh.
Pihak Barat sudah memperingatkan bahwa waktu hampir habis bagi Kiev untuk memenuhi janji-janjinya: memberantas korupsi yang telanjur jadi endemik dan nepotisme yang 'membudaya'.
PM Yatseniuk, seperti halnya Presiden Poroshenko adalah pemain penting dalam pemerintahan Ukraina pro-Barat, yang mengendalikan kekuasaan pasca-lengsernya Presiden Viktor Yanukovich yang didukung Moskow.
Namun, dukungan untuk PM Yatseniuk kian menurun. "Atmosfer dalam ruangan saat itu memang memprovokasi emosi orang-orang yang ada di dalamnya," kata kepala kubu Poroshenko, Yuriy Lutsenko, seperti dikutip dari NBC News, Senin (14/12/2015).
Ia menambahkan, Oleh Barna telah melakukan tindakan yang impulsif. "Namun, alasan itu tak membenarkan perbuatannya itu."
Tak hanya di parlemen. Konflik juga terus berlangsung di seantero Ukraina gara-gara perang saudara yang sudah menewaskan lebih dari 9.000 jiwa.
Pemberontak pro-Rusia terus melakukan perlawanan ke pihak militer. Perpecahan di negara itu telah terjadi selama 20 bulan.
Saksikan video PM Ukraina diseret paksa dalam video berikut ini:
(*)