Liputan6.com, Jakarta - Angka partisipasi pemilih pada pilkada serentak di Jambi menurun dibanding pemilihan presiden maupun pemilihan legislatif. Pembatasan kampanye oleh kandidat diduga sebagai salah satu penyebabnya.
"Pembatasan ini diatur oleh KPU, sehingga yang terbangun di masyarakat adalah tidak terasa adanya pilkada," ujar Pengamat politik Indo Barometer, Hadi Suprapto Rusli di Jambi, Senin (14/12/2015).
Begitu juga pembatasan dan pengaturan atribut kampanye. Pembatasan-pembatasan itu membuat aura pesta demokrasi tidak terasa.
Selain itu, Hadi menilai penurunan pemilih disebabkan oleh popularitas pasangan calon yang rendah. Sejumlah masyarakat juga tidak bisa menggunakan hak pilihnya karena persoalan administrasi.
Baca Juga
Advertisement
Fenomena lain adalah munculnya kemalasan masyarakat untuk datang ke TPS. Sudah terbangun citra, pilkada tak memberikan konstribusi terhadap diri ataupun golongannya.
Menurut Hadi, penurunan partisipasi pemilih ini tak hanya terjadi di Provinsi Jambi. Tapi juga di daerah lain.
"Ini adalah pelajaran dan tantangan untuk menghadapi pilkada pada 2017 nanti. Bagaimana partisipasi ini bisa meningkat," kata Hadi.
Berdasarkan data Indo Barometer, partisipasi pemilih pada pileg di Jambi mencapai 77,2 persen. Angka ini turun pada Pilpres 2014 menjadi 70,6 persen. Jumlah pemilih kembali turun saat Pilgub Jambi 9 Desember 2015 yang hanya 67,80 persen.