Kondisi Ekonomi China Masih Bayangi RI pada 2016

Stimulus kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah jadi kunci hadapi ekonomi China melambat.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 14 Des 2015, 14:30 WIB
Foto: npr.org

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran‎ 5,2 persen - 5,6 persen pada 2016. Namun pertumbuhan ekonomi tersebut masih dihadapkan dengan beberapa tantangan global.

Gubernur Bank Indonesia Agus DW Martowardojo menjelaskan kinerja ekonomi China juga membayangi kondisi ekonomi Indonesia pada tahun depan selain sentimen kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat atau the Federal Reserve (The Fed).

Agus memperkirakan, pertumbuhan ekonomi China pada 2016 masih belum membaik, tepatnya di angka 6,5 persen. Hal itu dibuktikan dengan adanya beberapa revisi yang dilakukan oleh lembaga keuangan global termasuk lembaga keuangan China itu sendiri.

"Ekonomi Cina selama 10 tahun tumbuh 10,4 persen. Tahun 2012-2015 turun ke 7,5 persen, tahun depan ada di kisaran 6,5 persen. Kalau ekonomi China turun berdampak ke Indonesia 0,4 persen-0,6 persen. Ini perlu diwaspadai karena ekonomi China erat ke ekonomi dunia," ujar Agus di kantornya, Senin (14/12/2015).

Dia mengungkapkan, ekonomi dunia di 2015 sebelumnya diperkirakan tumbuh 3,8 persen, namun, menurut Agus, akan dikoreksi kembali menjadi di kisaran 3,5 persen.

"Jadi perkiraan 3,8 persen sekarang sudah 3,5 persen-3,6 persen. Bisa lebih rendah lagi dan kita perlu waspadai. Terlebih ekonomi China sedang melambat," tegas dia.

Pusat Informasi Negara China mencatat, ekonomi China hanya mampu tumbuh 6,9 persen pada kuartal III 2015. Pertumbuhan ekonomi ini merupakan yang paling rendah sejak krisis ekonomi global pada kuartal I 2009.

Kendati pertumbuhan ekonomi China tengah melambat, namun China optimistis jika ekonomi masih tangguh apabila pemerintah merestrukturisasi ekonomi. Menurut Pusat Informasi Negara China, masih ada peluang untuk memperluas permintaan domestik, mengingat besarnya potensi pasar. ‎

Untuk mengurangi dampak ketergantungan itu, Agus mengaku kebijakan untuk memberikan stimulus kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah/UMKM menjadi salah satu kunci yang harus dilakukan pemerintah.

"Salah satu kunci pertumbuhan ekonomi kita ke depan adalah UMKM. Kalau bisa 5,2-5,6 persen, kalau UMKM baik bisa memberi tambahan 1-2 persen. Yang kami hormati kebijakan reformasi struktural yang dilakukan pemerintah, misal manajamen energi, pangan, perbaikan infrastruktur, perbaikan SDM, perizinan. Ini yang didorong dari paket 1-7. Kami harap tidak berhenti hanya di paket 7," pungkas Agus.(Yas/Ahm)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya