Citizen6, Jakarta Selama ini banyak dari kita yang mengidentikkan mumi dengan Mesir saja. Padahal sistem 'penguburan' mayat dengan cara mengawetkan jasad terdapat di banyak wilayah. Salah satunya dilakukan juga oleh warga Aseki yang tinggal di Papua Nugini.
Advertisement
Warga asli Aseki atau yang lebih dikenal dengan suku Angga telah melakukan tradisi ini sejak ribuan tahun lalu. Ritual ini cukup mengerikan, yakni dengan mengawetkan jasaf dengan cara pengasapan. Ini adalah cara yang berbeda dengan apa yang dilakukan di Mesir. Orang Mesir kuno membuat mumi dengan cara menutup mayat dengan garam dan campuran rempah-rempah agar jasad mengering.
Proses pengawetan mayat oleh suku Angga ini dimulai dengan mengiris anggota tubuh seperti lutut, siku, kaki, dan persendian lainnya. Isi perut dan lemak dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam keranjang bambu.
Mayat-mayat tersebut kemudian diasap di atas nyala api selama kurang lebih sebulan sampai cairan yang ada di tubuhnya menetes habis. Cairan ini kemudian dikumpulkan oleh warga untuk mentransfer kekuatan almarhum
Beberapa menyebutkan bahwa cairan yang keluar dari jasad tersebut digunakan sebagai minyak goreng. Namun kabar ini belum terbukti kebenarannya.
Begitu selesai pengasapan, tubuh-tubuh yang telah mengering tersebut diletakkan di tebing-tebing yang curam.
Sekilas cara ini sangat sadis dan mengerikan. Padahal sebenarnya tujuan dari pengasapan tersebut adalah untuk menghormati orang yang sudah meninggal. (*)
Foto: Ian Lloyd Neubauer/BBC
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6