Liputan6.com, Jakarta Tim penanggulangan penyebaran virus Hepatitis A yang dibentuk IPB bersama Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tengah melakukan penelusuran penyebab awal mewabahnya virus tersebut di kalangan mahasiswa. Musim hujan menjadi salah satu pemicu munculnya virus ini
"Kami sudah melakukan tindakan pencegahan, mengontak Dinas Kesehatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan, tim surveilans juga bergerak mencari pola penyebarannya seperti apa," kaat Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IPB, Prof Yonny Koesmaryono, dalam keterangannya kepada wartawan di Kampus IPB Dramaga, Sabtu.
Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, dr Koesnadi, mengatakan hasil penelusuran akan diketahui setelah sampel makanan dan air yang diambil oleh tim surveilans selesai diuji laboratorium.
"Polanya baru bisa diketahui setelah hasil laboratorium keluar sekitar satu atau dua minggu lagi," katanya.
Dikatakannya, penularan Hepatitis A melalui oral, bisa bersumber dari makanan yang dikonsumsi, atau air yang digunakan untuk minum, membersihkan peralatan makan.
"Upaya penyembuhan pasien menjadi utama, agar jangan sampai terjadi penularan, harus memutus mata rantainya. Caranya hati-hati makan di luar, pastikan keadaan warung bersih dan menerapkan pola higienis," katanya.
Sementara itu, Kepala Seksi Surveilans dan Epidemiologi, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Yessi Desputri menjelaskan, penularan Hepatitis A melalui oral, memiliki masa inkubasi 15 sampai 50 hari lamanya.
"Kita mencari akar masalahnya, untuk mencari tahu polanya seperti apa sehingga pemeriksaan epidemiologi tidak menyebar kemana-mana," katanya.
Baca Juga
Advertisement
Dikatakannya, upaya menelusuri pola penyebaran dilakukan dengan mendata mahasiswa yang terjangkit dan sudah sembuh. Mereka ditanyakan sebelum sakit makan apa, dan dimana. Apakah mereka yang terjangkit berasal dari fakultas yang sama, atau asrama yang sama, atau satu tempat tinggal (indekos) atau makan yang sama di satu tempat, atau satu tempat ibadah yang sama.
"Keterangan ini kita urut ke belakang, dari situ akan ketahuan polanya seperti apa, dan faktor risiko ada dimana," katanya.
Ia mengatakan, sampai saat ini pihaknya baru bisa meminta keterangan empat dari 37 mahasiswa IPB yang dirawat karena Hepatitis A. Kendala yang dihadapi, mahasiswa tidak dirawat di tempat yang sama, selain itu, pihak rumah sakit juga sulit untuk dimintai rekam mediknya.
"Hepatitis A ini penularanya fecal oral (fekal dan mulut), untuk mencegahnya penyajian makanan yang sehat, bersih dan higienis, kalau masakan dimasak maksimal virus dapat mati di suhu 82 derajat. Tapi bagaimana pencucian peralatan makanannya, menggunakan air dari mana, begitu juga dengan air minumnya, sumber dari mana," kata dia.
Menurutnya, kondisi fiksi mahasiswa yang rentan akibat tingginya aktivitas belajar ditambah cuaca musim hujan turut memicu mudahnya seseorang terserang virus tersebut. Upaya menerapkan pola hidup bersih dan sehat dengan mencuci tangan sebelum makan diyakini dapat mencegah 80 persen penularannya.
"Perlu kewaspadaan, terutama di musim hujan. Biasanya penyakit yang kerap menucul adalah diare dan DBD. Tapi hepatitis juga muncul, ini perlu diwaspadai. Penyakit Hepatitis A ini gejalanya banyak tapi ringan, berbeda dengan Hepatitis B gejala sedikit tetapi berat (berbahaya)," katanya