Strategi Pertamina Hadapi Keterpurukan Rupiah

Nilai tukar rupiah kembali melemah seiring isu Bank Sentral AS (The Fed) dipastikan segera menaikkan tingkat suku bunganya.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 15 Des 2015, 11:21 WIB
Ilustrasi Pertamina

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto meminta jajarannya mengambil langkah antisipasi guna menghadapi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Caranya, dengan mengurangi impor ‎bahan bakar minyak (BBM).

Dwi mengingatkan, nilai tukar rupiah kembali melemah seiring isu Bank Sentral AS (The Fed) dipastikan segera menaikkan tingkat suku bunganya.

"Kurs rupiah terhadap dolar mengalami tekanan lagi, isu suku bunga Fed, sekarang dolar di atas Rp 14.000 lagi‎," kata Dwi di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Selasa (15/12/2015).

‎Pelemahan rupiah, menurut Dwi menjadi tantangan Pertamina sebagai perusahaan yang bertugas mengimpor pasokan energi. Kegiatan impor seluruh unit Pertamina akan ditekan dengan menciptakan inovasi dan efisiensi.

"Ini untuk mengatasi kekurangan kurs dolar, potensi mengurangi impor bisa diimplementasikan," ujar Dwi.

Dwi mengungkapkan, salah satu upaya Pertamina menekan impor adalah dengan menyerap minyak dalam negeri‎ yang diproduksi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).

"Mengoptimalkan crude dalam negeri ini bisa dijalankan kita bikin satgas untuk upaya menghadapi dolar," kata dia.

Dia mengaku, pengurangan impor dapat signifikan dilakukan operasional ‎unit usaha. Bahkan, Direktur Keuangan Pertamina Arif Budiman juga telah diinstruksikan untuk menekan kebutuhan dolar Pertamina.

"‎Berbagai upaya mengurangi impor, mengurangi tekanan dolar. Mas Arif sudah dibisikin bagaimana menekan kebutuhan dolar, terakhir upaya kita di operasional, di unit-unit, apa pun yang ini bisa dilakukan," paparnya. (Pew/Nrm)*


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya