Apa Itu 'Attachment Parenting'?

Ada banyak pola dalam cara membesarkan dan mengasuh anak, salah satunya adalah attachment parenting.

oleh Nilam Suri diperbarui 16 Des 2015, 07:00 WIB
Ada banyak pola dalam cara membesarkan dan mengasuh anak, salah satunya adalah attachment parenting.

Liputan6.com, Jakarta Setiap orangtua tentunya memiliki pola pengasuhan sendiri yang dirasa tepat untuk membesarkan anak-anak mereka. Berbeda dengan orangtua di generasi-generasi sebelumnya, orangtua masa kini tak hanya mendapatkan pengalaman mereka dari orangtua mereka sebelumnya, namun juga dari berbagai sumber informasi lain, seperti buku, media, dan tentunya dokter dan ahli pengasuhan. 

Hal inilah yang kemudian membuat para orangtua mulai menyadari ada berbagai pola pengasuhan yang bisa mereka pilih, pelajari, kemudian terapkan. Salah satunya adalah attachment parenting. 

Attachment parenting adalah suatu cara merawat anak yang memfokuskan pada memelihara hubungan yang dibangun orang tua dengan anaknya. Menjaga hubungan emosional dengan anak dipandang sebagai cara yang ideal untuk membesarkan anak agar merasa aman, mandiri, dan berempati.

Para pendukung metode dan filosofi ini, termasuk salah satu diantaranya adalah Dr. William Sears, MD, seorang dokter anak ternama yang juga mempopulerkan metode ini, melalui bukunya “The Baby’s Book”. Para dokter tersebut menyimpulkan bahwa ikatan kepercayaan dan rasa aman antara anak dan orang tuanya akan membentuk dasar kuat bagi hubungan anak, dan kemandirian mereka ketika tumbuh dewasa.

 

 

 

Foto dok. Liputan6.com

Awal Attachment Parenting

Akar dari attachment parenting adalah pendekatan teori keterikatan dari John Bowlby. Teori keterikatan merupakan tonggak dari studi tentang kekurangan sifat keibuan dan penelitian perilaku binatang pada awal 1950-an. Teori keterikatan mengatakan bahwa bayi secara naluriah membutuhkan kedekatan kepada “figur kelekatan” yang terjamin atau aman. Kedekatan ini penting bagi seorang bayi untuk merasa aman secara emosional.

Studi awal mengenai hewan menemukan bahwa bayi hewan primata lebih memilih boneka “ibu” yang hangat, dibandingkan dengan boneka lainnya yang mempunyai makanan namun kurang kehangatan.

Attachment parenting didasari pemikiran bahwa bayi belajar untuk mempercayai dan berkembang ketika kebutuhan mereka diberikan oleh pengasuhnya secara konsisten pada usia awal. Anak-anak yang tidak pernah mengalami keterikatan ini pada awal-awal usianya menurut data pendukung, tidak mampu membentuk hubungan keterikatan yang sehat nantinya. Mereka menjadi lebih tidak merasa aman, kurang empati, dan dalam beberapa kasus ekstrim, memiliki gangguan keterikatan dan temperamen.

Attachment parenting merupakan sebuah komitmen besar, dan mnerupakan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh ibu saja. Bayi membutuhkan kasih sayang sama besarnya dari sang Ayah, bersama kenyamanan dan kesenangan yang hanya seorang ayah yang bisa berikan.

Seorang ayah juga bisa membantu merawat anak dengan cara mencintai dan mendukung sang istri. Karena attachment parenting tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan dari ayah. Dukungan ayah bisa melalui berbagai bentuk seperti menciptakan lingkungan          yang mendukung ibu untuk mencurahkan energi dan perhatiannya untuk sang anak. 

Sebagai contoh, memberikan ASI hanya bisa dilakukan oleh ibu, namun bantuan ayah dalam bentuk merawat sang ibu selama masa menyusui agar dapat memberikan ASI lebih, adalah bentuk tidak langsung sang Ayah juga memberikan ASI kepada anak.

 

 

 

Foto dok. Liputan6.com

8 prinsip attachment parenting

Ada 8 prinsip attachment parenting ini, yaitu:

1.    Persiapkan kehamilan, kelahiran, dan pengasuhan. Para pendukung teori ini percaya bahwa menghilangkan pikiran dan perasaan negative tentang kehamilan sangat penting. Dengan melakukan itu, dapat membantu orang tua bersiap untuk segala tuntuan emosional menjadi orang tua.

2.    Berilah makan dengan kasih sayang. Memberikan ASI, dikatakan adalah sebuah cara terbaik untuk menciptakan ikatan antara Ibu dan bayi.  Hal ini juga dapat mengajarkan bayi bahwa orang tua selalu memperhatikan tanda/petunjuk dari mereka dan memberikan kebutuhan mereka. Karena menangis adalah cara bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka kepada orang tua. 

3.    Respon dengan kelembutan. Metode attachment parenting ini, membuat orang tua mempertimbangkan segala ekspresi emosi anak, termasuk tantrum yang berulang, sebagai usaha untuk berkomunikasi. Usaha tersebut harus ditanggapi dengan serius dan pengertian daripada memberikan hukuman atau menyuruhnya diam.

4.    Sentuhan lembut. Para penganjur metode ini menyarankan untuk memaksimalkan sentuhan kulit, termasuk mandi dan memakai baju bersama, dan menggendong bayi berhadap-hadapan.

Foto dok. Liputan6.com

5.    Pengasuhan malam hari. Pakar attachment parenting menyarankan agar mengatur waktu tidur bersama. Dengan tidur bersama dalam satu ruangan bersama sang bayi, orangtua bisa secara langsung memberi makan dan menenangkan bayi dimalam hari. Namun, tetaplah berhati-hati karena tidur bersama bayi akan membawa resiko sindrom kematian mendadak pada bayi.

6.    Berikan kasih sayang terus menerus. Penganjur metode ini juga  menyarankan kehadiran orangtua yang konstan. Ini termasuk mengajak anak berjalan, pergi bersama orangtua, dan kerja. Mereke menyatakan untuk ada disamping anak selama 20 jam setiap minggu untuk bayi dengan usia kurang dari 30 bulan.

7.    Ajarkan disiplin yang positif. Orangtua disarankan untuk mengalihkan, mengarahkan, dan menuntun bahkan pada bayi yang baru lahir, dan menjadi panutan bagaimana berperilaku yang positif. Attachement parenting bertujuan memahami komunikasi anak dengan berperilaku negative. Dan orang tua didorong untuk mencari jalan keluar dengan cara berbicara dengan anak, daripada memukul atau mendiamkan permintaan anak.

8.    Tanamkan prinsip keseimbangan dalam hidup. Orang tua juga didorong untuk menciptakan jaringan dukungan, dan pola hidup sehat. Namun, jika dilihat lebih seksama dan bijak, attachment parenting bukanlah sebuah peraturan baku, dan setiap orangtua melakukannya dengan sedikit perbedaan pada prakteknya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan dan nilai-nilai yang tertanam pada diri orangtua.

Menjadi orangtua dan merawat anak adalah sebuah seni, bukan sebuah ilmu pasti. Pertimbangkanlah juga kebijakan Anda untuk menentukan apa yang terbaik bagi Anda dan keluarga. Dilansir dari Tpday's Parents, ditulis Rabu, 16/12/2015.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya