Pengusaha Tak Khawatir Rencana Kenaikan Suku Bunga The Fed

Pengusaha meminta kepada Bank Indonesia untuk menurunkan BI Rate sehingga bunga kredit di industri perbankan bisa ikut terdorong turun.

oleh Septian Deny diperbarui 16 Des 2015, 09:30 WIB
The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga mendekati nol.

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha dalam negeri tidak khawatir dengan rencana dari Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) yang akan menaikan suku bunga dalam waktu dekat. Pengusaha berharap agar Bank Indonesia menurunkan suku bunga.

Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Herman Kasih mengatakan, bagi pengusaha yang bergerak di sektor riil, kenaikan suku bunga AS tidak memberikan dampak yang besar bagi kegiatan bisnis di Indonesia.

"Kalau pengusaaha yang investasinya di sektor riil, tidak ada pengaruh. Kita tidak ada kekhawatiran," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Rabu (16/12/2015).

Dia menjelaskan, dampak yang akan terasa dari kenaikan suku bunga ini adalah uang asal negeri Paman Sam yang selama ini diinvestasikan di sejumlah negara termasuk Indonesia akan kembali ke negara tersebut. Hal ini dinilai hanya memberikan goncangan sedikit bagi ekonomi di dalam negeri.


"Efeknya hot money yang ada portofolio bursa akan kembali ke Amerika. (Dampak ke pelemahan rupiah) Itu tergantung, toh sampai sekarang The Fed belum juga menaikan suku bunganya," kata dia.

Menurut Herman, yang paling penting bagi pengusaha saat ini yaitu bagaimana suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) bisa diturunkan. Dengan demikian bunga kredit perbankan bisa turun dan akan menggairahkan kembali sektor usaha sehingga Indonesia bisa bersaing dengan negara lain terutama jelang berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Malah yang kita minta BI rate turun untuk mendorong penurunan bunga bank ke single digit, jangan double digit. Karena kalau nanti MEA kita tidak bisa bersaing dengan negara ASEAN lain, karena (suku bunga) kita paling tinggi. Rupiah juga harus diperhatikan, ini tugasnya BI untuk menjaga itu, kalau perlu lakukan intervensi," tandasnya.

Memang, dalam 10 bulan terakhir Bank Indonesia manahan suku bunga acuan di level 7,5 persen. Terakhir, dalam Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung pada Selasa (17/11/2015) BI memutuskan untuk tetap mempertahankan BI Rate. Alasan bank sentral menahan suku bunga adalah mengantisipasi ketidakpastian global.

Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 7,5 persen, dengan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen. "Sementara itu RDG memutuskan menurunkan Giro Wajib Minimum Primer dalam rupiah dari 8 persen menjadi 7,5 persen berlaku efektif 1 Desember," jelasnya.

Agus melanjutkan, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan membaik terutama didorong oleh meningkatnya belanja modal pemerintah, walaupun aktivitas perekonomian di sektor swasta masih berjalan relatif lambat.

Bank Indonesia menilai bahwa tekanan terhadap stabilitas makro mulai mereda sehingga kedepan terdapat ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter. Mengingat masih tingginya risiko ketidakpastian global, maka Bank Indonesia akan tetap berhati-hati dan mencermati risiko global di tengah perkembangan pasar keuangan global yang lebih kondusif. (Dny/Gdn)



**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya