KLB Hepatitis A di IPB Diduga karena Hal Ini

KLB hepatitis A yang menimpa 28 mahasiswa di Bogor diduga karena faktor kebersihan.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Des 2015, 09:16 WIB
Tema kampanye Hari Hepatitis Dunia 2015 yang berlangsung tiap 28 Juli adalah pencegahan hepatitis.

Liputan6.com, Jakarta Peneliti hepatitis Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Prof Maria Inge Lusida, MD, PhD, menduga Kejadian Luar Biasa (KLB) hepatitis A yang menimpa 28 mahasiswa di Bogor dengan seorang di antaranya meninggal dunia itu terjadi karena faktor kebersihan. "Kematian yang disebabkan oleh virus hepatitis A (VHA) itu tergolong jarang terjadi, karena itu VHA yang menyebabkan KLB di Bogor sebaiknya diidentifikasi secara molekuler," kata Prof Inge yang juga Direktur Institute of Tropical Disease (ITD) Unair Surabaya itu, Selasa.

Dari penelitian molekuler itu, katanya, akan bisa diketahui jenis genotipe VHA. "Dari penelitian saya bersama rekan peneliti Unair dan Universitas Kobe - Jepang pada 2014, strain virus yang menyebar di Indonesia berasal dari VHA genotipe IA," katanya. Dari sini, tutur peneliti yang telah memublikasikan 43 judul penelitian tersebut, akhirnya bisa diketahui dan dilacak perjalanan virus tersebut. Indonesia kebanyakan genotipe IA.

"Dengan genotipe, kita bisa tahu asal virusnya dari mana. Selama ini yang sudah diteliti dan ditentukan di Unair adalah VHA genotipe IA. Makanya yang di Bogor harus diteliti secara molekuler. Kalau sampai bukan dari IA, ada kemungkinan itu bawaan dari luar," katanya.

 

Menurut dia, VHA memiliki banyak variasi. Hasil penelitian Guru Besar bidang Mikrobiologi Klinik Fakultas Kedokteran Unair yang berjudul 'Acute Hepatitis due to Hepatitis A Virus Sub-genotype IA as an Imported Infectious Disease from Indonesia' menyebutkan bahwa VHA sendiri memiliki genotipe IA, IB, IIA, IIB, IIIB, dan IIIA. "VHA dengan genotipe IA banyak menyebar di negara Indonesia, Jepang, Filipina, Rusia, dan Amerika Serikat. VHA dengan genotipe IIIA banyak menyebar di negara Norwegia, Korea, Jepang, dan India," katanya.

Untuk menghindari diri dari risiko tinggi VHA, ia mengatakan setiap orang bisa melakukan pencegahan. Lingkungan yang tidak higienis mempermudah penularan VHA kepada setiap orang yang berasal dari sumber yang sama. "Setiap orang yang tinggal di daerah endemis seperti Indonesia sebaiknya melakukan vaksinasi. Penularannya terjadi karena lingkungan yang tidak higienis dan sanitasi yang kurang baik," katanya.

Ia mengatakan virusnya menyebar melalui makanan dan saluran cerna. "Itu sering terjadi pada komunitas seperti sekolah, pesantren, atau asrama. Kali ini di kampus. Jadi, ya, surprise juga," katanya. Dalam prediksinya, hal itu besar kemungkinan berasal dari satu sumber, misalnya kantin. Untuk mengetahui itu, perlu diteliti sampai molekulernya, sehingga yang perlu diperiksa adalah semua yang berkaitan atau yang memiliki kontak dengan makanan, misalnya kantin, pelayan, dan juru masak.

"Kita (peneliti Unair) mampu mendeteksi macam-macam genotipe VHA, untuk mencari dari mana sumber VHA itu berasal," kata Prof Inge. Ia mengaku prihatin dengan kasus kematian mahasiswi yang disebabkan VHA itu. Prof Inge menambahkan penderita hepatitis itu memang terlihat sekali karena kulitnya menguning, maag akut, dan sakit panas.

"Kasus meninggalnya mahasiswi itu bisa terjadi karena memang parah, ditambah dengan kondisi tubuh yang kurang baik, kekebalan tubuh yang rendah," katanya. (*)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya