Puskesmas Agimuga Tak Aktif, Layanan Kesehatan Warga Tersendat

Dalam setahun, 6 kasus kematian warga Agimuga akibat tidak ada petugas kesehatan yang bisa merawat sakit mereka.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Des 2015, 09:59 WIB
Pengunjuk rasa juga menuntut adanya peningkatan tenaga, sarana, dan fasilitas medis, baik di RSUD maupun puskesmas (Liputan6.com/ Faisal R Syam)

Liputan6.com, Timika - Tokoh masyarakat Distrik Agimuga, Amungun Eduardus Pinimet mengatakan sejak beberapa tahun terakhir Puskesmas Agimuga yang berada di Kampung Kiliarma tidak pernah aktif.

Dikutip dari Antara, Eduardus menyatakan petugas yang ditempatkan Dinas Kesehatan Mimika selalu tinggal di Timika dan sangat jarang berada di tempat tugas. Padahal, mereka selalu menerima gaji dan tunjangan dari pemerintah daerah.

Situasi itu menyebabkan warga kesulitan saat membutuhkan layanan kesehatan. Dalam setahun terakhir, terjadi 6 kasus kematian warga Agimuga akibat tidak ada petugas kesehatan yang bisa merawat sakit mereka.

"Mau pergi berobat di mana, petugas tidak ada," tutur Eduardus, Rabu (16/12/2015).

Menurut Eduardus, kinerja bobrok Puskesmas Kiliarma terjadi semenjak kepemimpinan Kepala Puskesmas Yohanes Tsolme dan tetap berlanjut walau sudah digantikan Gregorius Kwalik.

Semenjak ditunjuk menjabat Kepala Puskesmas Kiliarma, Gregorius Kwalik belum juga membuka pelayanan kesehatan di wilayah itu. Kantor Puskesmas Kiliarma yang berhadapan dengan Kantor Koramil Agimuga setiap hari tutup.

"Kami minta orang-orang yang bertugas di Puskesmas Kiliarma maupun Pustu Aramsolki, Pustu Amungun dan Pustu Fakafuku diganti semua. Mereka tidak pernah ada di tempat untuk melayani masyarakat," kata Eduardus.

Kondisi itu, ucap dia, sangat berbeda saat Puskesmas Kiliarma ditangani oleh petugas-petugas asal luar Papua seperti Kamal, Saiful Taqin (kini menjabat Sekretaris Dinkes Mimika), Guntoro, dan lainnya.

"Dulu waktu orang luar tangani Puskesmas Kiliarma bagus sekali. Mereka tidak pernah tinggalkan tempat tugas. Sekarang setelah anak-anak putra daerah bertugas di situ menjadi kacau," ujar Eduardus.

Tokoh masyarakat Agimuga lainnya Frans Kelanangame mengatakan warga di wilayah Agimuga cukup beruntung lantaran hingga kini suster-suster dari salah satu biara Katolik masih membuka pelayanan kesehatan di Kampung Aramsolki.

Warga yang sakit dari seluruh wilayah Agimuga, kata dia, mendapat pelayanan pengobatan di klinik susteran tersebut. Namun jika pasien kritis, mereka terpaksa harus dirujuk ke Timika.

Frans menyambut baik pembangunan Klinik Kesehatan Franke Mollen oleh Lembaga Pengembangan Masyarakat Amungme dan Kamoro (LPMAK) di Kampung Aramsolki untuk membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada warga Agimuga. Ia berharap klinik bisa beroperasi pada tahun depan.

Frans menuturkan, "Kalau mengharapkan petugas yang ditempatkan pemerintah di Puskesmas Kiliarma, kami pesimistis. Karena dari dulu penyakit mereka sama saja yaitu tidak pernah ada di tempat tugas."

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya