Liputan6.com, Jakarta - Kinerja PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) diperkirakan melemah pada tahun ini seiring perlambatan ekonomi. Namun, kinerja perseroan diprediksi membaik pada 2016 di tengah situasi konsumsi masyarakat mulai naik dan aksi korporasi perusahaan dengan membentuk perusahaan patungan Kalbe Blackmores Nutrition.
PT Kalbe Farma Tbk menggandeng perusahaan produk herbal asal Australia, Blackmores Ltd untuk mengembangkan produk nutrisinya.
Perseroan melalui anak usahanya PT Sanghiang Perkasa dan Blackmores International Pte Ltd membentuk perusahaan patungan Kalbe Blackmore Nutrition.
Baca Juga
Advertisement
Dalam riset PT Samuel Sekuritas menyebutkan kalau PT Kalbe Farma Tbk akan segera impor produk Blackmores segera mungkin. Perusahaan patungan tersebut akan membangun pabrik, dan diharapkan mulai produksi pada 2018. Kontribusi perusahaan patungan itu diharapkan mencapai Rp 100 miliar pada tahun depan.
Analis PT Samuel Sekuritas Andy Ferdinand menilai, meski kontribusi pendapatan perusahaan patungan itu masih kecil ke perseroan, namun punya prospek positif untuk mendukung kinerja jangka panjang.
Apalagi divisi nutrisi juga menopang pertumbuhan kinerja keuangan bahkan membukukan pertumbuhan tertinggi hingga September 2015. Pertumbuhan penjualan divisi nutrisi itu mencapai 10,2 persen, dan diperkirakan divisi ini akan tumbuh ke depannya.
Dalam riset PT Sinarmas Sekuritas menyebutkan, kalau PT Kalbe Farma Tbk semakin kuat investasi untuk produksi special. Salah satu dimulai dengan pembangunan pabrik obat untuk onkologi, dan mengembangkan stem cells dan genomics. Perseroan membangun pabrik di Cikarang yang diharapkan produksi pada 2018.
Selain itu, PT Kalbe Farma Tbk membangun perusahaan patungan PT Kalbe-Genexine Biologics yang menggandeng Genexine Inc. PT Sinarmas Sekuritas melihat langkah perseroan itu akan memberikan keuntungan bagi perseroan ke depan.
Tantangan PT Kalbe Farma Tbk
Tantangan PT Kalbe Farma Tbk
Di sisi lain, produsen obat ini juga mendapatkan tantangan dari rencana pemerintah untuk mengurangi harga obat generik baik bermerek dan tidak bermerek. Namun Andy menuturkan belum dapat mengetahui sejauh mana dampak penurunan harga obat itu.
Akan tetapi, Andy menilai, dampak penurunan harga itu akan moderat lantaran persaingan kinerja usaha dan nilai tukar rupiah melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kontribusi obat generik terhadap total pendapatan perseroan sekitar 17 persen.
Riset PT Sinarmas Sekuritas menilai, rencana pemerintah menurunkan harga obat juga memberikan sentimen negatif untuk perusahaan farmasi seperti PT Kalbe Farma Tbk, dan lainnya. Penurunan harga obat dapat mendorong potensi penurunan marjin perusahaan ke depan.
Secara umum, pertumbuhan kinerja keuangan PT Kalbe Farma Tbk mengalami tekanan pada tahun ini. PT Samuel Sekuritas memperkirakan laba bersih akan turun sekitar 3,5 persen pada tahun ini seiring pertumbuhan ekonomi melambat dan depresiasi nilai tukar rupiah.
"Akan tetapi, pandangan kami terhadap performa keuangan PT Kalbe Farma Tbk untuk tahun depan lebih baik didukung situasi makro dan konsumsi mulai naik. Kami prediksi pendapatan dan laba bersih masing-masing tumbuh 10 persen dan 8 persen," ujar Andy.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk naik tipis 0,83 persen menjadi Rp 1,49 triliun hingga kuartal III 2015. Penjualan naik tipis 2,9 persen menjadi Rp 13,12 triliun.
Andy pun merekomendasikan beli dengan target harga saham Rp 1.610 dalam 12 bulan. Sedangkan riset PT Sinarmas Sekuritas merekomendasikan netral dengan target harga saham Rp 1.560 dalam 12 bulan.
Pada penutupan perdagangan saham Selasa 15 Desember 2015, saham PT Kalbe Farma Tbk turun 0,80 persen ke level Rp 1.235 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 5.865 kali dengan nilai transaksi harian saham Rp 59,2 miliar. (Ahm/Igw)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6
Advertisement