Berbuat Baik Ternyata Bantu Atasi Stres

Penelitian terbaru mengatakan, berbagi hadiah pada yang lebih membutuhkan bisa jadi cara untuk membalikkan stres yang dialami.

oleh Melodia diperbarui 16 Des 2015, 16:00 WIB
Seorang polisi Denmark kedapatan berbagai momen bahagia dengan seorang anak pengungsi Suriah.

Liputan6.com, Jakarta Musim liburan natal bisa membuat seseorang menjadi sangat stress, seperti harus membeli berbagai hadiah, membeli pohon natal dan mendekorasinya, dan kesibukan menyelesaikan pekerjaan akhir tahun yang harus diselesaikan.

 

Penelitian terbaru menyarankan bahwa perbuatan kebaikan yang sederhana seperti mendonasikan berbagai hadiah kepada yang lebih membutuhkan bisa menjadi cara untuk membalikkan stress yang dialami.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa ketika kita menolong sesama, artinya kita juga menolong diri kita sendiri," ujar Emily Ansell dari Yale University School of Medicine dalam sebuah siaran pers. “Hari-hari yang penuh dengan tekanan stress biasanya akan membuat kita memiliki mood dan kesehatan mental yang lebih buruk, namun temuan kami ini menunjukkan jika kita melakukan hal-hal kecil untuk orang lain, seperti membukakan pintu untuk orang lain, kita tidak akan merasa seburuk itu pada hari-hari stress tersebut.”

Pada studi ini, yang dipublikasikan pada Clinical Psychological Science, Ansell dan koleganya menggunakan 77 orang dewasa dengan usia 18 hingga 44 tahun untuk menyelasaikan eksperimen selama 14 hari dengan menggunakan smartphone mereka untuk melaporkan pengalaman dan perasaan mereka sehari-hari.

Para partisipan melaporkan semua peristiwa/kejadian yang mengakibatkan stress yang mereka alami, dimanapun dan dengan siapapun, dan jumlah kejadian penyebab stress tersebut menjadi alat ukur tingkat stress mereka. Semasa periode ini, mereka juga melaporkan seberapa banyak perbuatan baik yang mereka lakukan, terlepas dari besar atau kecilnya perbuatan baik tersebut.

Pada akhirnya, mereka diminta untuk melengkapi 10 macam kuesioner yang dimaksudkan untuk mengukur emosional mereka, dengan skala 1 (buruk) hingga 100 (sempurna).

Para peneliti menemukan mereka yang berkomitmen melakukan perbuatan kecil yang baik cenderung mempunyai hari-hari yang positif daripada mereka yang tidak. Hal ini juga mempengaruhi peran stress terhadap partisipan; menolong orang lain diasosiasikan dengan berkurangnya peningkatan emosi negatif, dan tidak ada efek pada emosi positif atau kesehatan mental secara keseluruhan.

Sebaliknya, mereka yang tidak melakukan perbuatan membantu orang lain seringkali melaporkan rendahnya emosional positif dan tingginya emosional negatif mereka ketika dihadapkan dengan situasi yang stress yang tinggi.

"Betapa mengejutkan bahwa efek yang diberikan sangat kuat dan seragam pada pengalaman sehari-hari,” ujar Ansell. “Contohnya, jika seorang partisipan melibatkan dirinya dengan perilaku prososial pada hari-hari yang penuh dengan stress, tidak ada akibat yang esensial dari stress terhadap emosional positif dan kesehatan mental hariannya. Dan hanya ada sedikit peningkatan emosional negatif dari stress jika partisipan lebih melibatkan diri pada perilaku prososial.”

Para peneliti percaya studi lanjutan diperlukan untuk melihat sejauh mana teori ini melebar pada perbedaan, dan populasi yang lebih beragam. Mereka juga ingin memfokuskan apakah mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan baik juga akan memperbaiki mood dan kesehatan mental.

Sementara itu, bagaiamanapun juga, dengan akan datangnya musim liburan, Ansell mengatakan, “Musim liburan bisa sangat membuat stress, maka pertimbangkanlah untuk mengarahkan seseorang, bertanya kepada orang lain apakah mereka membutuhkan bantuan, atau menahan pintu lift untuk orang lain. Dan itu bisa membuat Anda menjadi lebih baik lagi.”

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya