Liputan6.com, California - Latar belakang pasangan penembakan massal San Bernardino hingga saat ini terus diperbincangkan. Salah satu yang menarik perhatian adalah permasalahan visa masuk ke AS yang diperoleh oleh Tashfeen Malik, istri Syed Farook.
Syed Farook yang kelahiran AS keturunan Pakistan berkenalan dengan Tashfeen Malik di sebuah situs perjodohan muslim. Keduanya lalu bertemu saat Farook menunaikan ibadah haji di Mekah, tak lama kemudian mereka menikah.
Lalu Malik diboyong Farook ke AS dengan visa K-1 atau visa tunangan. Banyak spekulasi menyebutkan Farook teradikalisasi oleh Malik.
Selain itu, banyak kalangan menilai aplikasi visa itu memudahkan teroris masuk ke AS berkedok pertunangan. Banyak pihak, termasuk para kandidat capres dari Partai Republik memaksa pemerintahan Obama untuk merombak visa tersebut.
Baca Juga
Advertisement
Namun, menurut FBI, duo maut yang menewaskan 14 orang pada 2 Desember lalu, itu tidak terbukti mendukung gerakan radikalisme jihad serta terorisme yang berkaitan dengan Islam seperti yang publik perkirakan dan beredar di media.
Direktur FBI James Comey mengatakan bahwa tidak ada bukti bahwa Farook dan Malik, aktor di balik tewasnya 14 orang merupakan bagian dari sel teroris yang secara terang-terangan memposting ketertarikan tentang jihad dan martyrdom atau mati syahid di sosial media mereka.
"Keduanya berkomunikasi secara langsung lewat private messages," kata Comey seperti dilansir Washington Post, Rabu 16 Desember 2015.
"Sejauh ini, dari investigasi kami tidak menemukan bukti postingan mereka di sosial media baik oleh mereka sendiri atau di-tag atau share yang merefleksikan mereka akan berkomitmen melakukan kekerasan jihad. Saya melihat beberapa media melaporkan hal itu, dan itu 'sampah'," lanjut Comey.
Pernyataan Comey itu sangat bertolak belakang dengan laporan New York Times yang menuliskan salah satu penyerang 'berbicara secara terbuka di media sosial tentang jihad'.
Ucapan Comey itu juga mementahkan debat yang dilakukan oleh Partai Republik pada Selasa 15 Desember lalu, yang mengatakan bahwa pemerintah AS tidak melihat tanda-tanda keberadaan teroris dengan memberikan akses visa dengan mudah. Selain itu juga disebutkan pentingnya memata-matai kehidupan seseorang yang dianggap mencurigakan.
Namun sebelumnya, Comey pernah mengatakan bahwa pasangan itu pernah berkomunikasi secara online pada 2013 tentang jihad, bertukar pesan tentang bangkitnya ISIS.
Masih menurut Comey, percakapan itu berlangsung jauh sebelum mereka memutuskan untuk menikah. Saat itu, direktur FBI tersebut enggan membeberkan detail media sosial yang dimiliki oleh keduanya.