Liputan6.com, Malang - Gunung Bromo di Jawa Timur masih harus diwaspadai. Saat ini sirene dan radio pancar ulang (RPU) telah dipasang di atap Balai Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
"Alat itu membantu menginformasikan situasi Gunung Bromo. Sekaligus sebagai bentuk kesiagaan menghadapi kemungkinan bencana meletusnya Bromo," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Hafie Lutfi di Malang, Jawa Timur, Kamis (17/12/2015).
RPU, kata dia, dipasang untuk memudahkan komunikasi dan kebencanaan antara BPBD, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dan elemen lainnya terkait situasi Bromo. Sebab, komunikasi tak bisa mengandalkan telepon seluler lantaran sulitnya sinyal.
Baca Juga
Advertisement
Sedangkan sirene, bakal dibunyikan jika ada peringatan dari PVMBG bahwa aktivitas vulkanik Bromo membahayakan masyarakat sekitar. Misalnya karena statusnya naik dari Siaga III ke Siaga I dan Awas. Suara sirene bisa didengar masyarakat hingga radius 1 kilometer.
"Kedua peralatan itu untuk berjaga–jaga saja. Tapi sejauh ini aktivitas masyarakat tetap normal seperti biasa," ucap Hafie.
Selain itu, BPBD Kabupaten Malang telah mendirikan 2 posko di dua tempat, yakni di Desa Ngadas dan Desa Wringin Anom Kecamatan Poncokusumo. Berbagai perlengkapan kebencanaan dan masker juga disiagakan di posko terutama di Wringin Anom.
"Semua sudah siap, mulai dari posko, jalur dan tempat evakuasi, peralatan dan lainnya sudah kami siapkan," tandas Hafie.
Desa Ngadas merupakan desa di wilayah Kabupaten Malang yang paling dekat dengan Gunung Bromo. Desa yang dihuni 18 ribu jiwa itu masuk Kawasan Rawan Bencana (KRB) II atau radius lebih dari 5 kilometer dari kawah Bromo. Status Gunung Bromo naik dari Waspada Level II menjadi Siaga level III sejak 4 Desember 2015.