Liputan6.com, Miami - Suatu malam pada September 2015, Bulan yang merekah tak lagi kelabu. Warnanya memerah seperti darah. Sementara itu di Bumi, air menggenangi area elite di Miami, Florida, Amerika Serikat. Kotanya para miliarder.
Kondominium mewah tergenang air, mobil-mobil Porsche terbenam, taman dengan pohon-pohon palem nan mahal bak sungai, dan para keluarga kaya terpaksa bepergian melewati sungai berbau busuk.
Itu bukan 'ramalan kiamat' yang terbukti terkait gerhana bulan 'blood moon', seperti yang pernah disampaikan pemuka agama, John Hage: "Bahwa tanda-tanda 'hari Tuhan yang dahsyat' adalah matahari menjadi gelap dan Bulan menjadi semerah darah."
Meski demikian, fakta adalah pertanda menyeramkan yang menghantui masa depan para penduduk di South Florida itu. Semacam 'kiamat kecil' bagi kota tersebut.
Saat supermoon terjadi, Bulan terlihat 14 persen lebih besar dari biasanya, fenomena itu juga bisa memicu 'king tides' -- pasang tinggi akibat daya tarik satelit Bumi. Air laut pun meluap hingga masuk ke rumah-rumah warga.
Ke depan, masalah yang dihadapi penduduk Miami makin parah.
Jayantha Obeysekera dari Water Management District menjelaskan kepada The New Yorker, karena letaknya, Miami dan area di sekitarnya dihadapkan pada tiga cobaan beruntun yang disebut “triple-whammy,” seperti dikutip dari News.com.au, Kamis (17/12/2015)
Baca Juga
Advertisement
Yang pertama adalah peningkatan permukaan air laut secara cepat hampir 1 inci (sekitar 2,5 cm) setiap 12 menit, hampir 10 kali lipat dari rata-rata peningkatan permukaan air laut global.
Yang kedua adalah kenaikan muka air yang menyebabkan makin sedikitnya ruang yang tersedia untuk menyerap air hujan, karena wilayah tersebut berada hanya 6 kaki atau sekitar 182 cm di atas permukaan laut.
Yang ketiga adalah peningkatan curah hujan secara ekstrem di seluruh dunia.
Terancam Menjadi Venesia Kedua
Saluran air yang dibangun untuk mengalirkan air hujan ke arah teluk sekarang malah membawa air dari teluk ke jalanan. Sistem saluran pembuangan sering sekali bocor hingga sering jadi alasan tuntutan hukum ke pihak pemerintah.
Pantai Miami, yang terletak di sebuah pulau beberapa kilometer dari pantai, sudah menghabiskan dana ratusan juta dolar dalam upaya membendung air pasang, dan masih akan ada beberapa ratus juta dolar lagi yang dianggarkan.
Wali Kota menaikkan pajak untuk mendanai pengadaan 60 pompa bawah tanah yang akan menyedot air dari jalanan dan mengalirkannya ke teluk.
Anehnya, di Sunset Harbour, salah satu lingkungan yang lokasinya paling rendah, jalanan naik hingga lebih tinggi dari trotoar.
Walau pasang besar September kemarin sudah berlalu, masalah ini belum benar-benar selesai.
Kali berikutnya ketika peristiwa bulan raksasa seperti ini muncul kembali, pasang besar bisa kembali datang menyerang.
Hal Wanless dari Departemen Ilmu Geologi University of Miami menjelaskan, dia yakin perusahaan asuransi akan segera menghentikan penjualan premi di perumahaan seharga jutaan dolar di sekitar Biscayne Bay.
Jika permukaan laut naik 2 meter lagi, rumah-rumah di lingkungan eksklusif ini mungkin hanya akan bisa dijangkau dengan menggunakan perahu.
Miami menempati urutan kedua setelah Guangzhou, China, dalam daftar kota dengan aset-aset yang rentan terhadap naiknya air laut.
Bahkan Presiden Barack Obama sudah memperingatkan dampak membahayakan kondisi cuaca ekstrem ini terhadap South Florida.
Air bersih di lahan basah Everglades menjadi makin asin dan bisa mengancam ketersediaan air bagi penduduk setempat. Belum jelas apa solusi masalah ini, dan tak ada yang bisa memastikan seberapa cepat ini akan terjadi.
Karena lahan tersebut dulunya terendam air dan terbuat dari batu kapur berpori, membangun bendungan hanya akan mengalihkan arah banjir, bukan menyingkirkannya. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang insinyur kota, “Apa yang akan Anda lakukan kalau airnya naik melalui tanah?”
Banyak yang menggantungkan harapan pada munculnya teknologi masa depan yang bisa secara ajaib menangkal pasang. Jika teknologi itu tak kunjung terwujud, tujuan wisata populer tersebut mungkin bakal terendam air kurang dari 50 tahun lagi.
Miami bisa jadi berubah menjadi Venesia baru. Atau, jauh di masa depan, mengulangi takdir Atlantis yang tenggelam tanpa jejak. (*)
Advertisement