Liputan6.com, Jakarta Ingar bingar dunia model gemerlap tetap terdengar sunyi di telinga Nyle DiMarco. Maklum, pria 26 tahun pemenang America’s Next Top Model (ANTM) Cycle 22 ini seorang tuna rungu.
Keadaan inilah yang menjadikan Nyle sebagai pemenang tuna rungu pertama (dan terakhir) di ajang tersebut. Disebut yang pertama, sebab belum ada pemenang ANT M sebelumnya yang berkondisi tuna rungu. Sedangkan, dikatakan terakhir karena Cycle 22 dideklarasikan sebagai ajang terakhir.
Namun, ini tak menjadi halangan berarti bagi Nyle. Ia justru merasa itu adalah sebuah hal dalam dirinya yang perlu diperjuangkan.
Sejak dilahirkan di Queens, New York, Amerika Serikat, pada 8 Mei 1989 lalu, Nyle sudah mengalami kondisi tidak bisa mendengar. Ia pun lahir di tengah keluarga yang juga mengalami kondisi yang sama seperti dirinya.
“Saya terlahir dengan kondisi tuna rungu, di keluarga tuna rungu, sejak satu generasi sebelumnya,” ujar Nayle kepada Liputan6.com, Kamis (17/12/2015) di Hotel Mulia, Jakarta.
Sejak kecil, Nyle diajarkan American Sign Language (ASL) untuk membantunya berkomunikasi. Bahasa itu pun menjadi satu-satunya bahasa yang dikuasainya hingga kini.
Baca Juga
Advertisement
Sadar dengan kondisi demikian, keluarga Nyle tidak memaksakan diri dengan menyekolahkan anak mereka di sekolah normal. Nyle dimasukkan ke sekolah khusus tuna rungu, di sana Nyle lebih banyak belajar dengan ASL dan kemampuan-kemampuan lainnya.
Sejak kecil Nyle juga sudah aktif dalam kegiatan-kegiatan bersama komunitas tuna rungu di Amerika Serikat. Dengan begitu, ia pun dapat mendefinisikan dirinya. Ia tidak rendah diri dengan dirinya, dan lebih mengetahui tujuan hidupnya . Semuanya itu ia dapatkan dengan bergabung di komunitas tuna rungu.
“Semua penyandang tunarugu saya rasa harus ikut dan aktif dalam komunitas tuna rungu, itu bagus sekali untuk mendefinisikan diri,” ungkap pria dengan tinggi tubuh 188 sentimeter ini.
Menurut Nyle, tak sedikit penyandang tuna rungu yang akhirnya tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Mereka tidak memiliki kebanggaan dari diri mereka. Itu karena mereka ada di lingkungan yang tidak mendukungnya.
Hal ini akan jauh berbeda bila mereka ada di lingkungan yang mendukungnya. Komunitas tuna rungu bahkan tidak hanya terdiri dari penyandang tuna rungu saja, tetapi juga orang-orang yang peduli dengan kondisi tersebut.
Percaya diri
Alhasil dengan aktif dalam komunitas tuna rungu, rasa kepercayaan diri Nyle terus tumbuh. Ia pun lebih mudah mendifinisikan diri. Sampai akhirnya ia tahu tujuan hidupnya yakni menjadi model.
Mendapat dukungan kuat oleh keluarga yang berkondisi sama, Nyle pun mengakui hal itu adalah salah satu penunjang terkuat kesuksesannya. Rasa percaya dirinya dipupuk perlahan dari sana.
“Aku sangat bersyukur memiliki keluarga yang kuat, keluarga yang selalu mendukungku,” kata pria yang terlahir kembar ini.
Nyle pun menegaskan bahwa kondisi tuna rungu tidak pernah menjadi halangan baginya. Karena sekali ia menentukan tujuan hidupnya, maka ia yakin bisa melakukannya sekalipun dengan kondisi apapun.
Terjun ke dunia modeling
Jatuh cinta dengan dunia modeling membuat Nyle yakin bahwa ia ingin terjun ke dunia tersebut. Apalagi setelah didukung dengan pendefinisian diri yang ia dapatkan dari dukungan keluarga dan komunitas. Ia pun memberanikan diri untuk menjadi model freelance.
Setelah setahun menjadi model freelance, Nyle pun mengikuti audisi untuk ANTM Cycle 22. Para juri langsung menerimanya tanpa mengetahui kondisi Nyle yang tuna rungu. Prestasinya yang gemilang di ajang tersebut menjadikan dia pemenang.
Namun perjuangan untuk menjadi pemenang tidaklah mudah. Banyak kesulitan-kesulitan yang ia hadapi selama ajang yang berlangsung selama beberapa bulan itu.
Nyle mengatakan, salah satu kesulitan terbesarnya adalah berkomunikasi . Alhasil, perjuangannya hingga memenangkan ajang itu tidak lah semudah orang lain.
“Kompetisi itu menjadi sangat sulit, terutama untuk masalah komunikasi, karena aku hanya tahu ASL,” kata Nyle.
Dalam sebuah episode, Nyle harus berfoto di hutan pada tengah malam, tanpa cahaya lampu apa pun. Ia harus berpose dengan mengembangkan sebuah kain hitam yang pas terkembang ketika kamera menjepret. Ketika model lain bisa mendengar aba-aba dari sang direktor, Nyle tidak bisa.
Ia pun harus mengandalkan lampu flash yang dinyalakan tiga kali layaknya hitungan “satu, dua, tiga”. Nyle sempat sangat frustrasi karena ia selalu gagal beraksi di saat tepat saat jepretan kamera di.
Sang direktor yang hampir putus asa mengarahkan Nyle akhirnya mencoba cara lain. Ia mengetuk level tempat Nyle berdiri sebagai pengganti hitungan. Dengan cara itu, Nyle cukup dapat mengikuti arahan. Hasil foto Nyle pun tidak terlalu buruk untuk itu.
Perceraian orangtua
Meskipun lahir di keluarga yang memberinya dukungan kuat soal kondisinya, tetapi sebetulnya Nyle harus mengalami kenyataan pahit pada usia sangat muda. Ia harus menerima fakta perceraian kedua orangtuanya. Ibunya pun membesarkan Nyle dan saudara laki-lakinya seorang diri.
“Ibu saya adalah wanita yang sangat kuat. Ia membesarkan saya dan saudara saya sendirian,” kata Nyle. Ia pun sangat terharu dengan perjuangan ibunya.
Dalam sebuah episode ANTM, di mana Tyra Banks, sang pembawa acara membawa ibu Nyle untuk mendukung anaknya membuat foto bersama. Pria bermata indah itupun sempat menitikkan air mata. Kedatangan sang ibu tak sia-sia, hasil foto Nyle dan ibunya menuai pujian dari para juri.
Saat Tyra menunjukkan hasil foto Nyle bersama ibunya, pria yang menyandang gelar Sarjana Matematika dari Gallaudet University, sebuah perguruan tinggi khusus penyandang tuna rungu, itu, menangis sampai tidak bisa berbicara.
“Maaf, aku sangat emosional . Ibuku membesarkanku seorang diri. Sejak kecil aku hanya hanya diasuh ibuku, dia wanita yang luar biasa,” ucap Nyle saat itu.
Pengaruh yang baik
Sejak dikenal berakt ajang ANTM, Nyle memberi pengaruh positif bagi penyandang tuna rungu lain. Komunitas tuna rungu ramai-ramai memberikan dukungan padanya. Mereka juga terinspirasi dengan prestasi Nyle.
Bahkan, pengaruh ini juga dirasakan bukan hanya bagi penyandang tuna rungu. Orang yang ingin berkomunikasi dengan Nyle pun akhirnya belajar ASL, setidaknya untuk sapaan-sapaan sederhana. Ini yang menjadikan Nyle secara tidak langusng membangkitkan kepedulian terhadap penyandang tuna rungu.
Salah satu harapan mulia Nyle juga yakni membuat penyandang tuna rungu semakin mudah dalam berkomunikasi. Harapan ini diwujudkannya melalui aplikasi penerjemah ASL.