Terkendala Biaya, Manusia Bakau Dirawat Keluarga

Manusia bakau itu belum terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) atau asuransi kesehatan lainnya.

oleh Dewi Divianta diperbarui 18 Des 2015, 13:58 WIB
Gangguan jiwa berupa rasa sedih yang berlebih atau depresi berisiko tingkatkan upaya bunuh diri. (Foto: stylonica.com)

Liputan6.com, Denpasar - Ketut Suerden yang belakangan dikenal sebagai manusia bakau akhirnya kembali ke Banjar Petapan, Desa Pergung, Kecamatan Mendoyo, Jembrana, Bali. Lelaki yang doyan menyantap bebek hidup itu sempat diserahkan ke Kantor Kecamatan Mendoyo sebelum diserahkan kepada keluarganya.

"Setelah sampai di Kantor Kecamatan Mendoyo, kami berkoordinasi dengan Kepala Desa Pergung untuk tindak lanjut karena orang gila itu merupakan warga Desa Pergung," ujar Kepala Desa Yehembang I Made Semadi di Jembrana, Jumat (18/12/2015).

Dihubungi melalui sambungan telepon, Kepala Desa Pergung Ketut Wimarta membenarkan pihaknya telah diajak berkoordinasi oleh Kepala Desa Yehembang terkait manusia bakau tersebut.

"Manusia bakau itu memang warga kami, dan kami telah mengambil langkah mengajak yang bersangkutan berobat sementara di Puskesmas Mendoyo," ucap Ketut.

Setelah dilakukan pengobatan sementara, aparat desa kemudian berkoordinasi dengan pihak keluarga manusia bakau. Mereka meminta agar Ketut Suerden diobati di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Bali di Bangli.

Namun, upaya pengobatan terkendala biaya karena manusia bakau itu belum terdaftar sebagai peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) atau asuransi kesehatan lainnya.

"Kami sementara masih mengurus JKBM untuk yang bersangkutan. Untuk sementara, sebelum JKBM keluar dan bisa digunakan, yang bersangkutan kami titip kepada pihak keluarganya. Tentunya tetap dalam pengawasan kami," sahut Ketut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya