Liputan6.com, Jakarta - Kehadiran ojek online semakin dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Selain murah, ojek mampu menembus kemacetan yang setiap hari mendera Ibukota.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Minggu (20/12/2015), karena kian diminati, ojek online pun menimbulkan kecemburuan bagi sebagian kalangan. Tak jarang, gesekan-gesekan pun kerap terjadi.
Advertisement
Konflik bahkan memakan korban jiwa. Setiawan, seorang pengemudi Go-Jek tewas menjadi korban penusukan juru parkir di ruko Mal Sunter, Jakarta Utara.
Penusukan terhadap Septiawan membuat geram, ratusan pengemudi ojek online kemudian beramai-ramai mendatangi lokasi kejadian.
Konflik juga terjadi dengan sekelompok juru parkir di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. Ratusan pengemudi Go-Jek tidak terima setelah tersiar kabar seorang rekan mereka menjadi menjadi korban pemukulan saat menjemput penumpang.
November 2015 lalu, kantor pelatihan anak perusahaan Go-Jek di kawasan Kemang Selatan, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan ditembak orang tidak dikenal.
Alih-alih berusaha untuk menertibkan keberadaan ojek online, Menteri Perhubungan Ignatius Jonan justru dikecam banyak pihak termasuk Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
"Bisa enggak diberantas orang mau hidup kaya gitu (jadi ojek), ya enggak bisa. Yang penting ojek jangan melanggar aturan. Yang naik pakai helm. Kalau orang suka, sekarang orang-orang minta tolong ada ojek, kenapa enggak," tutur Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Pemerintah memang perlu memikirkan regulasi agar ojek yang faktanya sudah menjadi salah satu alat transportasi publik bisa beroperasi tanpa melanggar hukum.