Liputan6.com, Yogyakarta - Pelatih Surabaya United, Ibnu Grahan, mengaku kecolongan satu pemainnya. Muhammad Hargianto kabur dari lapangan ketika menghadapi Arema Cronus di babak 8 besar Piala Presiden, Sabtu (19/12/2015) lalu.
Pemain jebolan Timnas U-19 ini tiba-tiba keluar dari lapangan di menit ke-70 tanpa sepengetahuan tim pelatih dan dokter. Akibatnya, Surabaya United telat memasukkan pemain pengganti. "Ofisial tidak sigap karena memang masih kurang pengalaman," sang pelatih menyesalkan.
Baca Juga
- Nasib Van Gaal di MU Tinggal Menghitung Hari
- Wanita Ini 'Selamatkan' Ronaldo dari Tudingan Gay
- 4 Tim Melaju ke Semifinal Piala Jenderal Sudirman, Siapa Saja?
Advertisement
"Ini berarti tim pelatih dan dokter yang bodoh. Meskipun situasi internal di dalam klub bermasalah, seharusnya kami fokus," tutur pelatih sekaligus mantan pemain legendaris Persebaya Surabaya ini.
Menurut Ibnu, Hargianto tidak memberikan aba-aba minta keluar. Staf tim lainnya luput mengamati gerak-gerik pemain 19 tahun ini. "Saya memantau pertandingan dan ofisial bertugas melihat pemain satu per satu. Rata-rata mereka masih baru. Jadi kami maklum. Kepada masyarakat Surabaya, kami meminta maaf sebesar-besarnya."
Psikologis Terganggu
Sementara itu, Ibnu tidak menyangkal psikologis pemain terganggu ketika menghadapi Arema, karena bus yang mereka tumpangi dilempari oleh oknum suporter ketika hendak memasuki Stadion Maguwoharjo, Sleman, tempat pertandingan berlangsung.
Tidak ada pemain yang terluka dalam insiden ini. Namun, hal ini mengganggu kepercayaan diri pemain sebelum turun gelanggang. "Pemain baru pertama kali dilempari. Kalau saya, ketika menjadi pemain sudah biasa," ucapnya.
Terlepas dari intimidasi tersebut, seluruh skuat Surabaya United tetap menggunakan pita hitam atas musibah yang menimpa suporter Arema jelang pertandingan. Dua orang pendukung Arema tewas setelah terlibat bentrok dengan suporter yang diduga Bonek di Sragen, Jawa Tengah.**
Advertisement