Liputan6.com, Jakarta PT Pelindo IV akan memberlakukan Multiport Tarif mulai 1 Januari 2016 bagi kapal dan barang khusus ekspor melalui Pelabuhan Makassar (direct call) ke luar negeri.
Direktur Utama Pelindo IV Doso Agung mengungkapkan penerapan Multiport Tarif baru pertama kali dilakukan di Indonesia dan merupakan sebuah inovasi di bisnis logistik.
Cara ini diyakini akan efektif menekan biaya logistik dan mendukung efektivitas pelaksanaan direct call (pengapalan langsung ke luar negeri) yang baru saja berjalan di Pelabuhan Makassar.
"Dengan demikian, implementasi Tol Laut dan Poros Maritim Nasional sudah dapat terwujud di Kawasan Indonesia Timur (KTI) sehingga akan merubah peta logistik nasional bagi pertumbuhan KTI," kata Doso Agung di Jakarta, Senin (21/12/2015).
Disebutkan Doso, Multiport Tarif (Tarif kepelabuhanan berdasarkan efisiensi perhitungan biaya di beberapa pelabuhan), dimaksudkan untuk mengurangi biaya logistik di masing-masing pelabuhan pengumpul di lingkungan PT Pelindo IV.
Baca Juga
Advertisement
Pemberlakuan Multiport Tarif berlaku berdasarkan zona pelabuhan di KTI (terbagi 4 Zona). Zona A, meliputi Kalimantan Bagian Utara - Timur serta Sulawesi Bagian Selatan – Timur, lalu Zona B, meliputi Sulawesi Bagian Utara dan Barat.
Sedangkan Zona C, meliputi Irian Jaya Bagian Utara serta Ternate dan sekitarnya kemudian Zona D, meliputi Irian Jaya Bagian Selatan dan Kepulauan Maluku.
Multiport Tarif memberikan keringanan/pengurangan 20 - 30 persen tarif kepelabuhanan yang diterapkan saat ini.
Misalnya untuk Zona A dan Zona B mendapat pengurangan biaya tarif sebesar 20 persen dari tarif yang berlaku saat ini. Sedangkan Zona C dan Zona D mendapatkan pengurangan sebesar 30 persen. Kecuali di pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan terakhir (pelabuhan ekspor).
Melalui ujicoba penerapan Multiport Tarif khusus kapal dan cargo ekspor ini, jelas Doso akan dapat menggairahkan perdagangan khususnya volume ekspor KTI melalui Pelabuhan Makassar, sehingga harapan Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo untuk dapat mencapai volume ekspor 3 kali lipat di tahun 2016 dapat segera terwujud.
"Sehingga saat diberlakukannya MEA pada tahun 2016, KTI tidak lagi menjadi penonton. Namun sebagai pengekspor berbagai komoditas andalan yang diperhitungkan di tingkat regional maupun internasional," tambah Doso.
Doso menambahkan bahwa program lanjutan untuk implementasi Tol Laut di KTI setelah Direct Call dan Multiport Tarif adalah penyusunan jaringan interkonektivitas antar pelabuhan di seluruh KTI.
Jaringan tersebut nantinya akan terhubung dengan pengapalan Direct Call yang telah rutin dan terjadwal setiap 4 kali dalam sebulan sehingga akan mampu mengubah peta logistik di KTI ke arah yang lebih efektif dan berbiaya murah.
Menurutnya Doso, visi maritim tol laut hanya dapat diwujudkan dengan 4 hal, biaya logistik yang murah, kinerja pelabuhan yang tinggi, interkonektivitas pelabuhan dan ketersediaan angkutan laut (kapal) yang rutin dan terjadwal. (Yas/Nrm)