Pesan Rahasia di Balik Gambar Kucing ISIS

Omar Hussein memposting gambar kucing tengah tidur siang dibalut sabuk bom dan berada di samping granat.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 21 Des 2015, 14:13 WIB
Omar Hussein memposting gambar kucing tengah tidur siang dibalut sabuk bom dan berada di samping granat.

Liputan6.com, Raqqa - Beragam cara dilakukan kelompok militan ISIS untuk merekrut anggota baru. Salah satunya menggunakan pesan rahasia yang tersembunyi di balik foto-foto anak kucing dengan sabuk bom untuk merekrut para pria dan anak-anak.

Seorang warga Inggris perekrut produktif ISIS menggunakan aplikasi pesan terenkripsi, Telegram untuk menjaring pria muda bergabung dengannya di Raqqa.

Omar Hussein yang dulu bekerja sebagai penjaga keamanan di supermarket Morrisons di Buckinghamshire, Inggris memposting gambar kucing tengah tidur siang dibalut sabuk bom dan berada di samping granat.

Kucing abu-abu yang disebutkan bernama Lucy itu digambarkan meringkuk di dalam sabuk hitam berisi bom, dengan mata terbuka dan melihat langsung ke arah kamera.

Di bagian bawah gambar dibubuhi tulisan, 'Come closer and I'll blow the entire house down!'

Pada gambar kedua, ia menempatkan granat di sebelah kucingnya yang tengah tidur.

Posting publik terbarunya di aplikasi pesan terenkripsi Telegram itu berisi pohon di taman, dan sebelumnya memfoto toko mainan anak-anak dan sepatu wanita.

Hussein yang telah dikaitkan dengan seorang pria yang dihukum karena rencana untuk memenggal kepala seseorang di Remembrance Day, juga berbagi banyak foto kehidupannya di Raqqa.

Dalam satu artikel berjudul 'Hating the Kuffar' yang menyangkut non-Muslim, ia mengatakan bahwa bahkan jika mereka baik, mereka harus dibenci karena menyukai mereka adalah 'egois'.

"Ya, ini adalah di agama kita; mencintai Muslim dan membenci orang-orang kafir. Islam bukanlah agama damai (saja), itu adalah agama yang damai, terkait perang, cinta dan benci...," tulisnya.

Dalam postingannya, ia juga menuliskan daftar perekrut perempuan untuk wanita yang ingin melakukan perjalanan ke Suriah.

Meskipun Telegram telah menutup 78 akun terkait ISIS pasca serangan Paris, perekrut masih menggunakan aplikasi itu untuk menyebar propaganda dan merekrut anggota.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya