Liputan6.com, Jakarta - Ketentuan layanan ojek online atau pun layanan kendaraan online sejenis lainnya telah menuai perhatian pada akhir pekan lalu. Hal itu lantaran Kementerian Perhubungan sempat membuat surat edaran kalau layanan ojek online atau pun layanan kendaraan online sejenis lainnya tidak boleh beroperasi karena tidak sesuai Undang-undang (UU) pada Kamis 17 Desember 2015.
Tak lama kemudian, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan kembali mengizinkan layanan ojek online atau pun layanan kendaraan online sejenis lainnya beroperasi kembali pada Jumat 18 Desember 2015.
Ia menjelaskan, sesuai dengan UU Nomor 22 Tahun 2009, kendaraan roda dua sebenarnya tidak dimaksudkan untuk angkutan publik. Akan tetapi realitas di masyarakat menunjukkan kalau ada kesenjangan lebar antara kebutuhan transportasi publik dan kemampuan angkutan publik yang layak dan memadai.
Lalu bagaimana tanggapan operator taksi mengenai hal tersebut?
Sekretaris Perusahaan PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI), Merry Anggraini menyesalkan hal tersebut lantaran persaingan tidak sehat. Pihaknya telah mengikuti aturan pemerintah seperti membayar pajak dan biaya-biaya perizinan. "Selain itu, pricing kami juga diatur pemerintah juga," ujar Merry saat dihubungi Liputan6.com, seperti ditulis Senin (21/12/2015).
Baca Juga
Advertisement
Ia menambahkan, layanan ojek online dan layanan kendaraan online sejenis lainnya tidak mengikuti aturan peneriman. Penentuan harganya dapat sesuai ketentuan mereka sendiri yang mana lebih murah. "Masyarakat kalau diminta pilih pasti pilih lebih murah. Jadi persaingannya tidak fair," kata Merry.
Sementara itu, Direktur PT Blue Bird Tbk Adrianto Djokosoetono mengatakan pihaknya tidak terlalu khawatir terhadap kehadiran layanan ojek dan kendaraan berbasis online lainnya. Hal itu mengingat perseroan memiliki pangsa pasar sendiri. Meski demikian, pihaknya ingin juga ada kejelasan mengenai kehadiran layanan ojek dan kendaraan berbasis online lain tersebut.
"Ada online dan tidak kami masih tetap bertahan. Kami juga punya. Kinerja kami saja tumbuh 17 persen. Meski ada perlambatan tetapi itu karena ekonomi melambat dalam enam bulan ini sehingga ada efeknya terutama dari pelanggan korporasi," kata Adrianto.
Hal ini berbeda dengan kinerja PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI). Laba bersih perseroan merosot 89,79 persen menjadi Rp 11,46 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp 109 miliar. Meski demikian, pendapatan naik 12,69 persen menjadi Rp 721,40 miliar.
Untuk mengantisipasi perkembangan layanan kendaraan online sejenis lainnya, Merry menuturkan pihaknya sedang mempersiapkan aplikasi yang ditargetkan launching pada Januari 2016.
"Kami bekerja sama dengan perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Kami harap waktu itu dapat lebih bersaing dengan pihak mereka," kata Merry.
Blue Bird Siapkan Belanja Modal Rp 2 Triliun
Sedangkan Blue Bird akan terus berekspansi dengan membuka peluang di daerah baru pada 2016. Adrianto menuturkan, pihaknya akan membuka pasar di Sumatra dan Jawa.
Pihaknya akan menyasar ke daerah di atas populasi penduduk cukup besar di kisaran 800 ribu. "Kami juga melihat pergerakan mobilitas penduduk, dan Jawa masih tinggi. Selain itu juga melihat frekuensi penerbangan dan potensi wisatanya," ujar Adrianto.
PT Blue Bird Tbk pun akan menyiapkan belanja modal Rp 2 triliun pada 2016. Dana belanja modal itu akan berasal dari internal dan pinjaman. Perseroan menggunakan belanja modal untuk pengembangan usaha seperti menambah armada dan tanah.
"Dana belanja modal sekitar 30 persen dari internal dan sisanya pinjaman. Kami akan menarik pinjaman sekitar Rp 1,5 triliun dari bank lokal," tutur Adrianto. (Ahm/Igw)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6