Liputan6.com, Yogyakarta - Dwi Wanito Ambarwati, istri almarhum Kapten Penerbang Dwi Cahyadi , tak kuasa melihat jenazah suaminya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Dwi pingsan usai prosesi pemakaman suaminya. Dia pun diboyong ke tempat teduh di makam itu. Sementara sang ibu, Bonirah, juga merasakan kehilangan putranya yang berprestasi itu.
Sebagai anak kesayangan, Bonirah mengaku masih terpukul atas kepergian Kapten Dwi. Bonirah pun menceritakan tentang pertemuan terakhirnya dengan sang anak.
"Masih foto-foto di dekat pesawatnya setelah dia turun. Beratraksi bagus, bahkan ngajak ayahnya naik pesawat. Tapi yang terbang kedua mendapat musibah seperti ini," ujar Bonirah usai pemakaman di TMP Kusumanegara, Senin (21/12/2015).
Baca Juga
Advertisement
Bonirah mengaku iklas dengan kepergian putranya. Dia menganggap anaknya telah gugur dalam tugas. "Allah sudah menghendaki seperti itu, walaupun sayangnya tugasnya belum tua sudah dipanggil. Saya juga bangga anak saya gugur membela negara," ujar Bonirah.
Prosesi pemakaman Kapten Pnb Dwi Cahyadi berlangsung secara militer di TMP Kusumanegara. Upacara dipimpin inspektur upacara Danlanud Adisutjipto Marsma Imran Baidirus. Dwi dilepas dengan 2 kali tembakan salvo dari delapan tentara TNI. Jenazah Dwi menempati makam bernomor F-1942.
Pesawat latih tempur T-50i Golgen Eagle buatan Korea Selatan dan Amerika, jatuh saat bermanuver di udara, di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta, Minggu 20 Desember 2015. Pesawat itu tengah memeriahkan gelar kedirgantaraan TNI AU.
Peristiwa tersebut menewaskan kedua pilotnya, yakni Letkol Penerbang Marda Sarjono dan Mayor Penerbang Dwi Cahyono. Marda Sarjono akan dimakamkan di Madiun, sedangkan Dwi Cahyono dimakamkan di Sleman, Yogyakarta.