Liputan6.com, Malang - Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, mengancam akan melarang kompetisi maupun turnamen sepak bola di wilayahnya. Sikap ini buntut dari gesekan antarsuporter yang berujung tewasnya dua pendukug Arema atau akrab disebut Aremania di Sragen, Jawa Tengah, Sabtu (19/12/2015).
Keduanya tewas setelah dikeroyok pendukung Surabaya United di dua tempat terpisah. Akibat insiden ini, pihak kepolisian telah menahan setidaknya 33 suporter yang akrab dijuluki Bonek itu.
Baca Juga
- Ngeri, Hotel Berhantu Bikin Pebasket Sangar Terbirit-birit
- Reaksi Dunia Olahraga atas Insiden di Panggung Miss Universe 2015
- Diejek Lamban, Schweinsteiger: Saya Bukan Usain Bolt!
Advertisement
"Kalau terus begini kami melarang sepak bola di Jawa Timur. Karena hasilnya bukan kompetisi, tapi kenakalan remaja,” kata Soekarwo usai menghadiri pelantikan Pengurus Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur di Universitas Muhammadiyah Malang, Senin (21/12/2015).
Peta konflik suporter di Jawa Timur memang lebih kompleks dibanding daerah lain. Hubungan yang tak harmonis kerap kali menimbulkan bentrok antarsuporter asal Malang, Surabaya, Lamongan, maupun daerah lain di Jawa Timur. Tak sedikit nyawa melayang akibat gesekan tersebut.
Terkait kasus penyerangan yang menyebabkan 2 pendukung Arema tewas di Sragen, Jawa Tengah, Gubernur yang karib disapa Pak De Karwo ini menyebut proses hukum harus ditegakkan. Selain itu, harus ada solusi agar pertikaian antarsuporter tak berlarut–larut.
"Hukum harus ditegakkan, ini harus ada solusi kanalisasi permasalahan. Bisa karena aktualisasi anak muda, tapi yang penting kekerasan pidana seperti itu, hukum harus ditegakkan,” kata Sukarwo.
Ia menambahkan, saat Kapolda Jatim dijabat Jenderal Badrodin Haiti, pernah dibuat silaturahmi antarsuporter. Upaya itu dinilai belum membuahkan hasil lantaran gesekan masih sering terjadi. Namun kepolisian Jawa Timur harus tetap menggiatkan forum silaturahmi seperti itu.
"Nanti akan kita coba lagi melalui Kapolda Jatim dan dialog antar suporter. Saya optimis ada kanal yang bisa dibuat,” ujar Pak De Karwo.