Liputan6.com, Bogor - Ratusan warga Kampung Sirnagalih dan Kampung Juga Jembatan, Desa Sukaraksa, Kecamatan Cigudeg, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang menjadi korban bencana pergeseran tanah pada 13 Desember 2011 kian memperihatinkan.
Selama 4 tahun sebanyak 373 jiwa dari 87 kepala keluarga menunggu janji pemerintah yang akan membangun hunian tetap bagi mereka. Rumah mereka sebelumnya telah rata akibat bencana tersebut.
Sampai saat ini mereka masih tinggal di hunian sementara yang sudah tidak layak huni. Setiap petak hunian sementara yang berukuran 3x6 meter itu kondisinya sudah rapuh. Tiang penyangga dan rangka atap bangunan keropos, sehingga harus ditopang oleh batang bambu. Selain itu, dinding dari anyaman bambu tampak sudah jebol.
Baca Juga
Advertisement
Tak cuma itu, sanitasi di sana juga buruk. Lingkungannya tak sehat dan minim air bersih. Akibatnya, para pengungsi digerogoti berbagai penyakit.
Seorang warga, Sumarni menceritakan, dari 9 sarana mandi cuci kakus atau MCK, hanya 2 yang masih bisa berfungsi. Parahnya lagi, septic tank yang berjarak sekitar 3 meter dari bangunan hunian tersebut sering meluap dan membentuk kubangan sehingga mengeluarkan aroma tak sedap dan rawan timbulnya penyakit.
Terlebih jika hujan disertai angin kencang, warga sangat tersiksa tinggal di bangunan semi permanen itu.
"Enggak tenang. Takut roboh. Lantai tergenang karena atap pada bocor sudah biasa. Yang ditakutkan kalau bangunan tiba-tiba ambruk," tutur Sumarni di Bogor, Jawa Barat, Selasa (22/12/2015).
Atap Tiba-tiba Ambruk
Sumarni mengatakan, ada beberapa warga terpaksa meninggalkan hunian sementara itu akibat rangka atap dan dinding bangunan tiba-tiba ambruk akibat rapuh. Beruntung, saat kejadian penghuni sedang berada di luar rumah.
"Mereka terpaksa ngontrak. Sebab tidak mungkin pulang lagi ke rumah yang dulu karena sudah rata akibat bencana tanah bergeser," ujar dia.
Sementara itu, warga lain, Kemal menuturkan, tidak ada satupun pejabat pemerintah daerah yang mempedulikan nasib mereka.
"Awalnya sih seminggu sekali ada petugas kesehatan datang ke sini memeriksa kondisi kesehatan kami, tapi sudah 3 tahun kami yang datang ke sana," tutur Kemal.
Untuk bertahan hidup ia mengaku mendapatkan uang menjadi buruh serabutan, ada juga yang mengandalkan bantuan dari keluarga yang bekerja di kota.
"Memang kami mencari uang juga sendiri. Tapi tidak seperti sebelum bencana melanda," katanya.
Paduin, Ketua RT05 RW03 Kampung Sirnagalih mempertanyakan ketidakjelasan bantuan pasca-bencana untuk warganya yang menjadi korban pergereseran tanah dan longsor 4 tahun lalu.
Menurut dia, meski sudah 2 kali pergantian kepemimpinan, nasib ratusan korban bencana dari 2 kampung belum juga mengalami perubahan. Mereka masih tinggal di dua titik lokasi dengan kondisi memperihatinkan.
"Sampai saat ini warga masih menunggu janji pemerintah yang akan membangun hunian tetap," kata dia.
Pada 2014 lalu masing-masing warga yang rumahnya hancur akibat pergeseran tanah dijanjikan mendapat kucuran dana Rp 45 juta untuk mendirikan rumah pada 2015 ini.
"Tapi faktanya sampai sekarang uang enggak ada, pengadaan tanah juga belum terealisasi," pungkas Paduin.
Sementara itu saksikan kreativitas pasangan ayah dan anak dalam membuat pancake cantik dengan karakter dalam animasi Frozen dalam video berikut ini:
Advertisement