Liputan6.com, Jakarta- 2015 menjadi tahun kelabu bagi Michel Platini. Pria Prancis ini baru saja dijatuhi sanksi berat oleh Komite Etik FIFA. Platini bersama Sepp Blatter dilarang terlibat dalam sepak bola selama delapan tahun.
Komite Etik FIFA pada hari Senin (21/12/2015) menyatakan Platini dan Blatter melanggar Kode Etik FIFA yang berkaitan dengan konflik kepentingan, pelanggaran loyalitas dan pemberian hadiah.
Baca Juga
- Dorna Kecewa, MotoGP 2017 Batal Digelar di Indonesia?
- 3 Manajer Berebut Kursi Van Gaal di MU
- Intip Wanita Spesial CR7 Basah-basahan di Pantai
Advertisement
Platini terseret kasus ini karena menerima dana siluman dari Blatter pada tahun 2011 sebesar 2 juta franc Swiss. Mantan pemain Juventus itu berkelit bahwa uang tersebut merupakan bayarannya sebagai konsultan Blatter.
"Komite Etik yang dipimpin oleh Hans-Joachim Eckert telah melarang Joseph S. Blatter, Presiden FIFA dan Michel Platini, Wakil Presiden dan anggota Komite Eksekutif FIFA dan Presiden UEFA , selama delapan tahun dari semua kegiatan berhubungan dengan sepak bola (administrasi, olahraga atau lainnya) pada tingkat nasional dan internasional," demikian pernyataan FIFA.
Platini juga diharuskan membayar denda sebesar 50,000 franc Swiss kepada Blatter. Hukuman yang diterima Platini ini terbilang ringan ketimbang rekomendasi komite etik FIFA yang awalnya ingin hukuman seumur hidup.
Berjaya di Juventus
Hukuman tersebut mencoreng tinta emas perjalanan karier seorang Platini. Sejak masih aktif bermain, Platini dikenal sebagai pesepak bola hebat.
Nama Platini mulai mencuri perhatian dunia ketika bermain di Saint Etienne di tahun 1979-1982. Dia membawa Etienne juara Liga Prancis 1981. Pemain yang berposisi sebagai gelandang serang itu mencetak 58 gol dari 104 laga.
Kepiawaian Platini di lapangan tengah membuat klub raksasa Italia Juventus kepincut. I Bianconeri sukses mendapatkan Platini tahun 1982. Bersama Juventus, karier Platini makin melejit. Berbagai gelar bergengsi dipersembahkan pria yang kini berusia 60 tahun itu untuk La Vecchia Signora.
Platini membawa Juventus menjuarai Piala Champions untuk pertama kalinya di tahun 1985. Semusim sebelumnya, Piala Winners dipersembahkan untuk Juve. Dua Scudetto juga didapat Platini sewaktu main bersama Juventus.
Dalam tiga musim berturut-turut, Platini berhasil menjadi pencetak gol terbanyak di Serie A meski bukan penyerang murni. Kehebatan Platini membuatnya dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Eropa dari 1983 hingga 1985 serta Pemain Terbaik Dunia versi World Soccer (1984 dan 1985).
Advertisement
Pahlawan Prancis
Tak hanya di Juventus, Platini juga berprestasi bersama tim nasional Prancis. Pria berjuluk Le Roi ini memiliki 72 caps dengan total mencetak 41 gol.
Platini sempat memegang rekor pemain tersubur sepanjang sejarah tim nasional Prancis sebelum dipecahkan oleh Thierry Henry pada tahun 2007 lalu.
Era emas Platini bersama Les Bleus terjadi di Euro 1984. Platini memimpin timnas Prancis menjadi juara. Di turnamen bergengsi tersebut, Platini tampil cemerlang. Dia menjadi top skor. Total Platini menyumbang sembilan dari 14 gol Prancis di Euro 1984.
Jasa besar Platini untuk Prancis membuatnya menerima penghargaan Chevalier of the Legion of Honour.
Setelah gantung sepatu, Platini sempat sebentar menjadi pelatih. Dia dipercaya melatih timnas Prancis mulai 1 November 1988 menggantikan Henri Michel.
Platini cukup sukses dengan membawa Prancis tak terkalahkan dalam 19 laga. Namun karena Prancis tersingkir lebih dini di Euro 1992, Platini memilih mundur. Sejak saat itu dia tidak pernah kembali melatih.
Presiden UEFA
Tak lagi melatih, Platini memilih bekerja di belakang layar. Pria 60 tahun itu menjadi anggota Komite Eksekutif FIFA sejak 2002. Merasa sudah punya banyak pengalaman, Platini memberanikan diri mencalonkan diri menjadi presiden Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA).
Pada pemilihan presiden UEFA 26 Januari 2007, Platini berhasil mengalahkan Lennart Johansson yang sudah berkuasa selama 16 tahun. Platini terpilih berkat berbagai terobosan yang ditawarkan.
Platini dinilai sukses membawa UEFA menjadi lebih modern ketimbang era Johansson. Dia sangat memperhatikan nasib klub kecil sehingga memberlakukan Financial Fair Play.
Karena cukup sukses memimpin UEFA, Platini ingin naik jabatan jadi Presiden FIFA. Saat Blatter mengumumkan akan mundur sebagai presiden FIFA akibat tersandung kasus korupsi, Platini dengan lantang menyatakan akan maju dalam pemilihan presiden 2016.
Mimpi Platini jadi orang nomor satu FIFA terancam kandas setelah dijatuhi sanksi larangan terlibat dalam sepak bola selama delapan tahun. Platini kini tinggal berharap CAS membatalkan hukuman untuknya.
Advertisement