Liputan6.com, Jakarta - Semantic Machines, sebuah startup dengan teknologi pengenal suara dari Apple dan Google, dikabarkan telah memperoleh pendanaan segar senilai US$ 12,3 juta.
Investor dari Bain Capital Ventures dan General Catalyst Mitra, menurut informasi yang dihimpun dari Venture Beat, Kamis (31/12/2015), tercantum dalam pengajuan yang startup tersebut sampaikan kepada US Securities and Exchange Commission.
Tahun lalu, Semantic Machine menunjuk Larry Gillick sebagai CTO. Gillick sebelumnya merupakan chief speech scientist untuk Siri di Apple. Dan sekarang Semantic Machine pergi lebih jauh dari Siri dan asisten digital pribadi lainnya saat ini di pasar.
"Semantic Machine sedang mengembangkan teknologi yang melampaui pemahaman perintah, untuk memahami percakapan," tulis startup itu di situs web resminya.
Percakapan kecerdasan buatannya, lanjut tulisan itu, merupakan paradigma baru yang kuat, memungkinkan komputer untuk berkomunikasi, berkolaborasi, memahami tujuannya, dan menyelesaikan tugas-tugasnya.
Sekarang, Semantic Machines sedang membangun alat yang dapat digunakan oleh pengembang pihak ketiga.
Baca Juga
Advertisement
Kecerdasan buatan, merupakan domain dari pembelajaran mendalam (deep learning), yang telah menjadi topik panas dalam beberapa tahun terakhir di dunia teknologi.
Pembelajaran ini melibatkan pelatihan jaringan saraf tiruan pada set data yang besar dan kemudian membuat mereka memperoleh kesimpulan mengenai data baru.
Teknik ini telah menyebabkan kemajuan di bidang pengenalan suara, sehingga tidak mengherankan jika Semantic Machine bekerja pada pembelajaran mendalam.
Baru-baru ini, Google telah meningkatkan akurasi pencarian suaranya, dengan menggunakan pembelajaran mendalam. Facebook, sementara itu, juga mengakuisisi startup pengenalan suara Wit.ai pada awal tahun ini.
Semantic Machine berawal pada tahun lalu dan berbasis di Newton, Massachusetts. Salah satu pendiri, yang juga presidennya, Dan Roth, menjual startup sebelumnya, Voice Signal Technologies, kepada Nuance Communications dengan nilai hampir US$ 300 juta pada 2007.
(Why/Isk)