JDP: Penembakan Sinak Tak Ada Kaitan dengan Kedatangan Jokowi

Kejadian kekerasan di Sinak juga memberikan sinyal tentang pentingnya dialog sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik vertikal.

oleh Katharina Janur diperbarui 29 Des 2015, 07:10 WIB

Liputan6.com, Papua - Jaringan Damai Papua (JDP) mengklaim penembakan terhadap 5 anggota polisi di Polsek Sinak, Kabupaten Puncak, tak ada hubungannya dengan rencana kunjungan Presiden Joko Widodo ke Provinsi Papua dan Papua Barat yang akan dilaksanakan pada 29-31 Desember.

Koordinator JDP Pastor Neles Tebay mengatakan, penembakan di [Sinak](/2399616 "") lebih menandakan belum tuntasnya konflik vertikal antara pemerintah Indonesia dengan orang Asli Papua.

"Masih ada bara konflik terutama orang Papua yang mengidentifikasikan dirinya dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM)," ujar Pastor Neles kepada Liputan6.com, Selasa (29/12/2015).

Kejadian kekerasan di Sinak juga, kata Neles, memberikan sinyal tentang pentingnya dialog sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik vertikal ini.

"Sinyal ini juga bisa dalam bentuk penyampaian komitmen pemerintah untuk berdialog dengan semua elemen masyarakat di Papua, termasuk OPM," kata Neles.


Dia berharap, Presiden Jokowi bisa menunjuk seorang pejabat tinggi negara setingkat menteri untuk mengurus dialog demi penyelesaian masalah di Papua.

"Ini demi menghentikan aksi kekerasan berupa penembakan dan penganiayaan, yang meningkat pada 2015," jelas Neles.

JDP mengklaim konflik kekerasan vertikal ini dapat diakhiri dan dicegah secara damai oleh semua pemangku kepentingan asal mau bersama membangun dialog yang setara dan sehat.

"Konflik antara Pemerintah dan OPM juga tak dapat diselesaikan hanya dengan mengimbau agar OPM keluar dari hutan dan kembali ke kampung untuk membangun kampung. Cara ini sudah terbukti gagal selama 52 tahun Papua dalam Indonesia," tutur Neles.

Bahkan ribuan buku Alkitab (kitab suci Kristen) pernah disebarkan dari udara di hutan belantara Papua dengan pengandaian anggota OPM akan mendapatkan Alkitab tersebut dan membacanya.

"Lalu kita berharap mereka bertobat sehingga boleh kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Faktanya metode ini belum memperlihatkan keberhasilannya," tandas Neles yang menjabat Rektor Sekolah Tinggi Filsafat Teologia Fajar Timur Abepura. (*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya