Liputan6.com, Jakarta Secara ilmiah, cacing ini dinamakan spirobranchus giganteus. Namun, mereka lebih dikenal dengan nama julukannya--cacing pohon Natal. Dinamakan demikian karena bentuknya sangat mirip dengan pohon cemara yang digunakan untuk membangun pohon Natal.
Dilaporkan Amusing Planet, Cacing spirobranchus giganteus tinggal di dasar laut dan memiliki bulu-bulu yang bersusun membentuk spiral di tubuhnya yang berbentuk menyerupai pipa. Bulu-bulunya terdiri dari sulur-sulur tipis menyerupai rambut yang disebut radioles, muncul dari pusat syaraf si cacing, dan berfungsi membantu hewan menangkap makanan.
Adapun makanan mereka terdiri dari tanaman mikroskopis atau phytoplankton yang mengambang di air. Bulu-bulu juga berfungsi sebagai alat pernafasan.
Baca Juga
Advertisement
Ukuran si cacing tak lebih dari 4 cm, namun mereka mudah menarik perhatian berkat warna-warnanya yang beragam, termasuk oranye, kuning, biru, dan putih.
Cacing pohon Natal tidak banyak bergerak. Sekali mereka sudah menemukan tempat di terumbu karang, mereka menggali lubang dan tinggal disana sampai akhir hayat. Si Cacing hanya sesekali muncul ke permukaan untuk menangkap plankton yang lewat dengan bulu-bulu.
Mereka sangat sensitif terhadap gangguan dan akan dengan cepat masuk kembali ke lubang jika mendeteksi sentuhan atau bayangan yang lewat.
Menurut data dari World Register of Marine Species (WoRMS), cacing pohon Natal merupakan spesies yang menyebar populasinya, sehingga belum ada upaya pelestarian hewan laut ini. Habitat hewan ini adalah laut tropis dari seluruh dunia, ditemukan mulai dari Karibia hingga Samudra Hindia.