Perbankan Tak Luput dari Dampak Kenaikan Suku Bunga AS

Pertumbuhan kredit perbankan tercatat hanya 9,8 persen (year on year) pada November 2015.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 30 Des 2015, 16:32 WIB
Teller tengah melayani nasabah di Bank Bukopin Syariah, Jakarta, Selasa (29/12). Namun kurs tengah Bank Indonesia mencatat rupiah menguat tipis 0,003% ke Rp 13.639 per dollar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan sektor perbankan tak luput dari gejolak kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) serta perlambatan ekonomi nasional.

Buktinya, pertumbuhan kredit perbankan tercatat hanya 9,8 persen (year on year) pada November 2015.

Kredit tersebut terdiri dari kredit rupiah yang naik 11 persen dan valuta asing (valas) yang tumbuh 4,2 persen. Sementara Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 7,7 persen.

"Kegiatan intermediasi lembaga jasa keuangan juga menunjukan perlambatan pada tahun 2015 ini sudah lebih landai dibandingkan tahun lalu," Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad di Jakarta, Rabu (30/12/2015).

Meski demikian, kondisi tersebut masih aman menimbang posisi kredit macet (non performing loan /NPL) yang masih terjaga pada 2,66 persen gross dan 1,22 persen nett per November 2015.

Pihaknya meyakini dengan keputusan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) guncangan tersebut mulai reda. Pada tahun depan, kinerja sektor perbankan akan lebih baik.

Berdasarkan rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan pada bulan November 2015 kredit diproyeksikan tumbuh 14,1 persen  dan DPK 12,7 persen.

"Proyeksi ini sejalan dengan OJK outlook yang pernah kami sampaikan sebelumnya bahwa kredit diperkirakan tumbuh 12-14 persen dan DPK 13-15 persen," tandas dia. (Amd/Nrm)
    

 

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya