Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatatkan posisi investasi internasional Indonesia (PIII) membaik. Rapor perbaikan ini ditunjukkan dengan realisasi penurunan kewajiban bersih menjadi US$ 327,4 miliar pada kuartal III 2015. Jumlah kewajiban bersih tersebut paling rendah sejak 2013.
Direktur Eksekutif Departemen Statistik BI, Hendy Sulistiowati mengatakan, realisasi kewajiban bersih senilai US$ 327,4 miliar merosot dibanding kuartal II 2015 yang sebesar US$ 369,1 miliar.
Penurunan kewajiban bersih, Hendy menuturkan, berasal dari posisi awal PIII di kuartal III dengan total kewajiban bersih US$ 369,1 miliar ditambah kewajiban bersih ada perubahan karena transaksi Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) US$ 5,7 miliar.
Hasilnya dikurangi kewajiban bersih yang mengalami penyusutan US$ 47,4 miliar, sehingga total PIII di posisi akhir ada kewajiban bersih US$ 327,4 miliar. Jumlah tersebut sama dengan 37,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Baca Juga
Advertisement
Di posisi terakhir, Aset Finansial Luar Negeri (AFLN) tercatat US$ 210,1 miliar atau lebih rendah dibanding Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) senilai US$ 537,4 miliar.
"Memang lebih banyak kewajiban, tapi ini bukan sesuatu yang jelek. Negara berkembang butuh pendanaan, tidak hanya bisa dibiayai dari tabungan," tegas Hendy di kantornya, Jakarta, Rabu (30/12/2015).
Ia menjelaskan, penurunan kewajiban bersih yang terdiri dari ekuitas dan utang ini disebabkan karena pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan perubahan harga saham sepanjang kuartal II sampai III tahun ini.
"Perubahan kurs rupiah dan harga saham bikin kewajiban bersih berkurang menjadi US$ 47,4 miliar," ujar dia.
Berdasarkan jenis investasinya, KFLN sebesar US$ 537,4 miliar didominasi investasi langsung senilai US$ 209,1 miliar atau 38,9 persen dari total, dari investasi portofolio yang bersumber pembelian saham oleh orang asing senilai US$ 176,7 miliar, investasi lainnya US$ 151,3 miliar dan derivatif finansial US$ 300 juta.
"Jadi kewajiban lebih banyak ke investasi, penanaman modal langsung (Foreign Direct Investment/FDI), bukan hot money," tegas Hendy.
Sementara posisi PIII kuartal III ini, KFLN dipenuhi oleh utang. Tercatat posisi utang investasi langsung sebesar US$ 41,2 miliar, dari investasi portofolio dengan realisasi utang US$ 109,9 miliar, pinjaman US$ 129 miliar di investasi lainnya.
"Utang ini sebagian besar jangka panjang. Beda kalau aset yang didominasi cadangan devisa dalam jangka pendek," jelas Hendy. (Fik/Ahm)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6