Liputan6.com, Jakarta - Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengaku kasus pembunuhan yang paling sulit diungkap sepanjang tahun 2015 adalah kasus mahasiswa Universitas Indonesia (UI) Akseyna Ahad Dori.
"Saya akui pembunuhan Akseyna sebagai yang paling sulit untuk diungkap," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (30/12/2015).
Ada beberapa alasan yang diungkapkan Krishna terkait sulitnya mengungkap siapa pelaku, motif dan latar belakang dari pembunuhan itu.
Di antaranya yang pertama, soal keterlambatan Polsek Beji dalam memasang garis polisi di sekitar tempat kejadian perkara (TKP). Termasuk, soal kesimpulan awal yang menyebutkan bahwa korban meninggal karena bunuh diri.
"Lokasi sekitar Danau Kenanga, tempat ditemukannya jenazah Akseyna sudah rusak karena dikerumuni warga. Karena awalnya disimpulkan bunuh diri, maka TKP tidak diperlakukan dengan baik. Ini jelas menyusahkan untuk penyelidikan lebih lanjut," ujar Krishna.
Baca Juga
Advertisement
Kedua, lanjut Krishna, mayat Akseyna yang langsung dievakuasi jelas membuat banyak hal-hal kecil yang sebenarnya bisa membantu penyelidikan jadi hilang.
"Ini jelas mempersulit proses penyelidikan. Padahal jika mayat dibiarkan tetap di TKP, polisi bisa mengeksplorasi temuan-temuan di lapangan dengan maksimal," papar dia.
Contohnya, kata Krishna, seperti pembunuhan Ibu dan Anak di Cakung, jenazah kami biarkan sampai 8 jam agar anggota bisa mengeksplorasi TKP.
Ketiga, Krishna mengaku tidak 100 persen menguasai kasus ini karena saat peristiwa terjadi, ia belum menjabat sebagai Direskrimum. Karena, meninggalnya Akseyna terjadi 2 bulan sebelum Krishna dimutasi dari Mabes Polri ke Mapolda Metro Jaya.
"Saya saat itu baru 2 bulan menjabat sehingga tak tahu persis seperti apa kasus itu di awal," tandas Krishna.
Akseyna Ahad Dori ditemukan tewas di danau UI, Kamis 26 Maret 2015. Ditemukan 5 batu konblok di dalam tas yang diduga untuk menenggelamkan mahasiswa berumur 19 tahun jurusan Biologi, Fakulta MIPA UI itu.*