Liputan6.com, Jakarta - Belum banyak warga Indonesia yang kenal dekat dengan Georgia. Itulah mengapa Duta Besar Zurab Aleksidze berusaha keras untuk mempromosikan kebudayaan, sebagai jembatan yang bisa mempererat hubungan dua bangsa.
Apalagi, kata dia, ada banyak kesamaan antara Indonesia dan Georgia. Sama-sama multietnis, multikultur, dan memiliki prinsip 'tamu adalah raja'.
Advertisement
"Memang, Georgia wilayahnya lebih kecil, namun kedua negara mempunyai kesamaan prinsip antara lain menghormati satu sama lain," ujar Dubes Aleksidze dalam program wawancara khusus 'The Ambassador' Liputan6.com.
Selain kebudayaan, Dubes kelahiran Tbilisi, itu juga mendorong investasi dari Tanah Air ke Georgia. Menurut dia, negaranya bisa menjadi alternatif bagi pebisnis dan investor RI untuk masuk lebih jauh ke Uni Eropa.
"Ada banyak keuntungan bagi investor Indonesia yang ingin menanamkan modalnya di Georgia, antara lain berbagai kemudahan bagi pebisnis yang ingin membuka kantornya di negara kami untuk bisa masuk ke pasar Uni Eropa," kata Aleksidze.
Dubes Georgia mengungkapkan bahwa iklim politik dan ekonomi berjalan dengan baik di negaranya. Tak hanya itu, reformasi pun diterapkan di berbagai bidang.
"Kami punya kerja sama dengan Uni Eropa, antara lain ekspor tanpa pajak atau tarif ekspor, bisa dibayangkan keuntungan negara lain bila memanfaatkan akses ini," tambahnya lagi.
Dubes Aleksidze menambahkan, negaranya kian terbuka pada investor asing berkat reformasi yang mereka jalankan. Kini Georgia berada di peringkat 15 dari 200 negara dalam hal kemudahan bisnis.
"Iklim bisnis semakin baik, karena itu kami mengundang negara-negara se-Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Korupsi nyaris tidak ada, dan layanan satu pintu untuk segala layanan publik," ujar Dubes Aleksidze. "Kami tak kenal lelah memperbaiki layanan publik, memiliki badan anti-korupsi, dan mengurangi pajak."
Birokrasi pun bukan hambatan. Pengusaha bisa membuka usaha dengan mudah. "Cukup hitungan jam hingga 1 hari," promosi Dubes Aleksidze.
Meski sudah lama menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia, Georgia baru membuka kedutaannya di Indonesia pada 2012 lalu. "Saya bangga menjadi duta besar pertamanya. Saya pikir lebih baik terlambat daripada tidak," ungkapnya.
Agar hubungan dua negara kian erat, kunjungan bilateral harus dilakukan sesering mungkin. Seperti yang dilakukan pemimpin parlemen Georgia, David Usupashvili beberapa waktu lalu.
"Ini adalah kontak pertama antara kedua badan legislatif dan eksekutif, antara Georgia dan Indonesia. Kami melihat Indonesia benar-benar menjaga perkembangan demokrasinya, dalam hal menjalankan pemilu. Sama halnya dengan Georgia, demokrasi di negara kami telah diakui dunia."
Saksikan, bincang-bincang hangat Dubes Aleksidze pada program 'The Ambassador' berikut ini:
*