Liputan6.com, Jakarta Pada era 80-an, nama Peter William Sutcliffe menjadi tenar. Bukan karena jasanya, tapi lantaran aksi kriminalnya yang dianggap sangat berbahaya.
Dia merupakan pembunuh berantai yang membantai para korbannya dengan sadis. Setelah melakukan pengejaran bertahun-tahun, 2 Januari 1981, pembunuh yang dijuluki "The Yorkshire Ripper" itu akhirnya ditangkap.
Sutcliffe ditetapkan sebagai tersangka lantaran membunuh 13 wanita yang bekerja di dunia prostitusi dan diketahui pernah mencoba membunuh 7 perempuan lainnya.
Perburuan polisi untuk menangkap Sutcliffe tidaklah mudah. Aparat memulainya dari petunjuk yang begitu banyak di lokasi pembunuhan. Dimulai dari penyelidikan pada jutaan nama yang tertera pada kartu dan berbagai kalimat pesan terakhir yang begitu sulit dipecahkan.
Dari tahun ke tahun, polisi terus menyelidiki kasus pembunuhan berantai ini. Setelah melacak kartu dan barang bukti, polisi melakukan cara lain dengan merazia seluruh mobil yang melintas di lokasi utama di Yorkshire, Inggris.
Polisi akan memeriksa siapa saja yang memiliki pelat nomor janggal dan membawa barang yang mencurigakan. Pada saat yang bersamaan, Sutcliffe sebenarnya telah puluhan kali nyaris ditangkap karena dicurigai sebagai pelaku.
Baca Juga
Advertisement
Hingga pada akhirnya, polisi menemukan bukti tambahan bahwa Sutcliffe adalah benar-benar pelakunya. Dan pria itu memang mengakui sebagai "The Yorkshire Ripper".
Kepada aparat, Sutcliffe mengakui aksi pembunuhan dilakukan karena adanya bisikan gaib yang ia klaim dari Tuhan agar memberantas prostitusi di Inggris. Sehingga ia memilih pekerja seks komersial sebagai target sasarannya.
Seluruh korban tewas dibunuh karena pukulan pada bagian kepalanya, yang tubuhnya kemudian dimutilasi secara sadis oleh Sutcliffe. Potongan tubuh korban dibiarkan tergeletak tak beraturan.
Atas sejumlah fakta dan pengakuannya, Sutcliffe sempat diperiksa oleh psikiater dan dinyatakan mengalami gangguan kejiwaan "paranoid schizophrenic". Namun jaksa dan hakim tak menggubris klaim tersebut dan menjatuhkannya hukuman penjara seumur hidup kepada pria dengan bewok tersebut.
Hakim Boreham mengatakan bahwa Sutcliffe merupakan seorang sopir asal Bradford yang sangat luar biasa berbahaya dan pantas mendapat hukuman seberat-beratnya. "Kami tidak percaya jika dia mengalami gangguan jiwa setelah menyelidiki bagaimana aktivitas sehari-harinya di rumah," kata hakim, seperti dimuat BBC.
Sutcliffe pun mendekam dipenjara. Namun dua tahun kemudian, atau pada tahun 1983, ia dipindah ke Rumah Sakit Jiwa Broadmoor setelah positif dinyatakan mengidap paranoid schizophrenia. Selama di penjara, Sutcliffe kerap diserang narapidana lain. Matanya pernah ditusuk.
Pada 2010, Sutcliffe mengajukan grasi atau keringanan hukuman. Namun ditolak oleh Pengadilan Tinggi Inggris dengan alasan demi menegakkan hukum seberat-beratnya bagi pembunuh. Sehingga ia kini menghabiskan sisa hidupnya di rumah sakit jiwa Broadmoor.
Sejarah lain mencatat pada 2 Januari 1955, Presiden Panama Jose Antonio Remon Cantera tewas karena dibunuh. Ia ditembak saat iring-iringan rombongan presiden.