Terkuak, Sejarah di Balik Penemuan Alquran Tertua

Fragmen Alquran Birmingham, yang berusia 1.370 tahun, pernah tersimpan di masjid tertua Mesir, Masjid Amr ibn al-As, di Fustat.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 03 Jan 2016, 14:22 WIB
Terkuak, Sejarah di Balik Penemuan Alquran Tertua Birmingham (BBC)

Liputan6.com, Birmingham - Pada musim panas 2014, Universitas Birmingham mengabarkan penemuan bagian dari salah satu Alquran tertua di dunia. Laporan itu menjadi tajuk di berbagai surat kabar.

Sudah seabad lamanya manuskrip berhuruf Arab tersimpan di perpustakaan Universitas Birmingham, Inggris. Naskah kuno -- yang ternyata adalah bagian dari Alquran -- itu awalnya sama sekali tak disadari keberadaannya.

Naskah kuno tersebut adalah bagian dari Mingana Collection, yang terdiri atas 3.000 dokumen dari Timur Tengah yang dikumpulkan oleh Alphonse Mingana, seorang Imam Kasdim (Chaldeans) yang lahir dekat Mosul, Irak, pada 1920-an.

Upaya mengumpulkan naskah-naskah kuno di Timur Tengah disponsori oleh Edward Cadbury -- jutawan yang menjadi bagian dari dinasti pembuat cokelat terkenal dunia.

Hingga suatu hari, seorang peneliti, Alba Fedeli, menelaah lebih dekat laman-laman dalam manuskrip tersebut, ia memutuskan untuk melakukan uji penanggalan radiokarbon (radiocarbon dating). Tak dinyana, hasilnya amat mencengangkan.

Uji penanggalan radiokarbon mengungkap, naskah kuno tersebut setidaknya berusia 1.370 tahun, menjadikannya salah satu Alquran versi paling awal. Manuskrip tersebut ditulis dengan huruf Hijazi -- versi awal huruf Arab.

Namun, pertanyaan-pertanyaan selanjutnya pun berkecamuk. Terutama asal muasal manuskrip kuno itu, seperti dilansir dari BBC, akhir Desember 2015 lalu.

Bahkan ahli dari Timur Tengah mengatakan fragmen itu merupakan versi lengkap Alquran pertama yang dipercayakan kepada Abu Bakar, sahabat Nabi Muhammad. Penemuan itu disebut-sebut sebagai penemuan pertama dalam sejarah Muslim.

Kendati demikian, fragmen itu masih menjadi teka-teki. Kemungkinan besar, lembaran Birmingham yang setidaknya berusia 1.370 tahun, pernah disimpan di mesjid tertua di Mesir, atau yang dikenal dengan Mesjid Amr bin al-As di kota Fustat.

'Cocok dengan Paris'

Hal itu didasari oleh para peneliti yang yakin bahwa manuskrip Birmingham cocok dengan fragmen  di Perpustakaan Nasional Prancis, Bibliotheque Nationale de France.

Alba Fedeli, peneliti yang pertama kali mengidentifikasi naskah di Birmingham juga yakin bahwa ada kecocokan dengan fragmen di Paris.

Yang terpenting adalah naskah di Paris juga berasal dari Masjid Amr ibn al-As di Fustat.



Fragmen Pernah Diperjualbelikan

Terkuak, Sejarah di Balik Penemuan Alquran Tertua Birmingham (BBC)

Fragmen Paris dibawa ke Eropa oleh Asselin de Cherville yang saat itu bekerja sebagai konsul Prancis di Mesir, saat negeri tersebut di bahwa kendali militer Napoleon pada awal abad ke-19.

Profesor Deroche mengatakan bahwa janda Asselin sepertinya mencoba menjual fragmen tersebut-- bersama manuskrip Islam lain -- ke British Library pada 1820-an. Namun, entah bagaimana, naskah-naskah itu berakhir di perpustakaan nasional di Paris hingga saat kini.

Namun, jika beberapa lembar dari Alquran itu 'jalan-jalan' sampai ke Paris, bagaimana dengan fragmen yang ada di Birmingham?

Deroche mengatakan pada abad ke-19, manuskrip itu ditransfer dari masjid di Fustat ke perpustakaan nasional di Kairo. Dalam perjalanannya, 'beberapa lembar halaman pergi diam-diam' dan berada di pasar barang antik.

Ada asumsi lembaran itu telah diperjualbelikan hingga tahun 1920-an, mereka dimiliki oleh Alphonse Mingana dan dibawa ke Birmingham.

Mingana berasal dari Assyrian, yang sekarang dikenal dengan Irak. Ia pergi mencari dan mengumpulkan naskah-naskah serta penemuan lainnnya ke seantero Timur Tengah. Perjalanannya dibiayai oleh keluarga Cadbury.

"Tentu saja, tidak ada bukti otentik perjalanan naskah itu, namun bisa dijelaskan bagaimana Mingana mendapatkan naskah itu dari masjid di Fustat," kata Deroche yang banyak menerima penghargaan atas usaha akademisnya itu.

Ia mengatakan, ada kemungkinan, bagian dari fragmen lain yang bisa jadi dijual ke para kolektor Barat, masih menunggu di suatu tempat untuk ditemukan.


Kejanggalan Tanggal

Terkuak, Sejarah di Balik Penemuan Alquran Tertua Birmingham (BBC)

Namun, ada hal kontroversial lain, yaitu penanggalan naskah pada manuskrip Birmingham. Hal yang mengejutkan tentang penemuan Birmingham adalah tanggal awal dengan uji radiokarbon yang mengatakan naskah itu ditulis pada 568 dan 645 Masehi.

Adapun tanggal terakhir dari fragmen itu dituliskan 13 tahun setelah Nabi Muhammad wafat.

"Naskah tersebut membuat kita melakukan napak tilas ke masa-masa awal kemunculan Islam," kata David Thomas, dosen matakuliah tentang Kristen dan Islam di University of Birmingham.

Profesor Thomas mengatakan, berdasarkan data penanggalan radiokarbon, dimungkinkan orang yang menulis naskah tersebut hidup di masa yang sama dengan Rasulullah.

"Sosok yang menulis naskah tersebut mungkin mengenal sosok Nabi Muhammad. Ia mungkin bertemu dengan Sang Rasul, mungkin juga mendengar langsung syiarnya. Penulis itu bisa jadi mengenal sosok Nabi secara pribadi," kata dia.

Namun, hal itu menjadi kontradiksi. Mustafa Shah dari departemen Islam di School and Oriental and African Studies London mengatakan, 'bukti grafis' di ayat-ayat tersebut terpisah dan tanda-tanda gramatikal tertera menunjukkan, fragmen itu berasal dari tanggal sesudahnya.

Dalam bentuk awal bahasa Arab, gaya penulisan berkembang, dan peraturan tata bahasa berubah. Dr Shah mengatakan manuskrip Birmingham menunjukkan inkonsistensi.

Deroche juga mengatakan ada kasus radiokarbon di mana naskah dengan tanggal yang diketahui telah diuji dan hasilnya salah.

Yakin Tanggalnya Akurat

Tetapi, staf di unit akselerator radiokarbon di Oxford University, yang menguji tanggal perkamen, yakin temuan mereka benar.

Peneliti David Chivall mengatakan keakuratan radiokarbon terhadap penanggalan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir, dengan pendekatan yang lebih dapat diandalkan untuk menghilangkan kontaminasi dari sampel.

Dalam kasus Alquran Birmingham, Chival mengatakan keakuratannya mencapai 95 persen. Keyakinan yang setara saat meneliti tulang raja Inggris Richard III.

"Kami yakin bahwa kami melakukan penanggalan yang akurat."

Selain itu, opini akademik dapat berubah. Shah mengatakan sampai tahun 1990-an pandangan akademis yang dominan di Barat adalah bahwa tidak ada versi tertulis lengkap Al-Quran sampai abad ke-8.

Namun para peneliti telah membalik konsensus ini, membuktikan hal itu benar-benar salah dan memberikan lebih banyak dukungan untuk catatan Muslim tradisional tentang sejarah Alquran.

Naskah yang cocok di Paris sebenarnya dapat membantu untuk menyelesaikan argumen tentang tanggal, namun sayangnya naskah itu belum diuji radiokarbon.


Alquran Tertua?

Ahli Manuskrip memperlihatkan detail tulisan pada penggalan naskah Al-Quran tertua di dunia berusia setidaknya 1.370 tahun, di Universitas Birmingham, Inggris, Rabu (22/7/2015). (REUTERS/Peter Nicholls)

Apapun itu, jika benar tanggal manuskrip Birmingham benar, lalu apa selanjutnya?

Hanya ada 2 fragmen yang dimiliki Birmingham, namun Profesor Thomas mengatakan koleksi komplet itu mungkin ada 200 lembar.

"Jelas itu merupakan pekerjaan yang sangat monummental," kata Thomas.

Tentu, akan ada banyak pertanyaan, siapa yang ditunjuk sebagai penulis Alquran itu dan siapa yang memerintahkan untuk membuatnya.

Jamal bin Hureib, direktur dari Yayasan Mohammed bin Rashid Al Maktoum, sebuah yayasan pendidikan yang dibentuk oleh penguasa Uni Emirat Arab mengatakan bukti menunjuk ke kesimpulan luar biasa.

Ia percaya naskah di Birmingham adalah bagian dari versi pertama Alquran yang ditulis secara komprehensif dan dirakit oleh Abu Bakar, khalifah Muslim yang memerintah antara 632 dan 634.

"Ini penemuan paling penting yang pernah ada bagi dunia Muslim," kata bin Huwareib, yang telah mengunjungi Birmingham untuk memeriksa naskah.

"Saya yakin ini adalah Alquran dari masa Abu Bakar," lanjut bin Huwareib.

Dia mengatakan kualitas tinggi tulisan tangan dan perkamen menunjukkan lembaran ini adalah sebuah karya bergengsi yang dibuat untuk seseorang yang penting. Penanggalan radiokarbon menunjukkan bahwa fragmen tersebut berasal dari awal Islam.

"Versi ini, koleksi ini, naskah ini adalah akar Islam. Manuskrip itu adalah akar dari Alquran," kata bin Huwareib.

"Ini akan menjadi sebuah revolusi dalam mempelajari Islam,” tambahnya.

Naskah Tak Ternilai

Ada kemungkinan lain. Penanggalan radiokarbon berdasarkan kematian hewan yang kulitnya digunakan untuk perkamen, bukan ketika naskah itu selesai ditulis.

Hal itu berarti naskah bisa saja ditulis beberapa tahun kemudian dari rentang akhir pada 645, dengan Prof Thomas menunjukkan tanggal kemungkinan dari 650-655.

Hal itu akan tumpang tindih dengan produksi salinan Alquran pada masa pemerintahan khalifah Utsman—antara 644 dan 656, yang dimaksudkan untuk menghasilkan Alquran versi standar dan akurat untuk dikirim ke komunitas-komunitas Muslim.

Jika naskah Birmingham adalah sebuah fragmen dari salah satu salinan tersebut, tentu ini juga akan menjadi hasil spektakuler.

Memang tidak mungkin untuk secara definitif membuktikan atau menyangkal teori tersebut. Tapi Joseph Lumbard, profesor di departemen bahasa Arab dan studi penerjemahan di American University of Sharjah, mengatakan jika penanggalan awal benar maka tidak ada yang harus disingkirkan.

"Saya tidak akan mengabaikan bahwa bisa saja fragmen tersebut berasal dari naskah kuno yang dikumpulkan Zaid bin Tsabit di bawah kepemimpinan Abu Bakar," ujar Lumbard.

"Saya juga tidak akan mengabaikan bahwa itu bisa saja menjadi salinan naskah kuno Usman. Saya juga tidak akan mengabaikan argumen Deroche, dia ahli di bidang ini," tambah Lumbard lagi.

Prof Thomas mengatakan bisa saja manuskrip itu berasal dari salinan-salinan yang sudah dibuat. Ia juga tak menafikan kemungkinan naskah Birmingham merupakan salinan dari salinan yang dibuat khusus untuk masjid di Fustat.

Jamal bin Huwaireb melihat penemuan ini seperti "naskah tak ternilai" di Inggris, yang bukan sebuah negara Muslim, seperti mengirimi pesan saling toleransi antar agama.

"Kita harus menghormati satu sama lain, bekerja sama, kita tidak perlu konflik," ujarnya.

Kendati demikian, ia mengatakan jangan pernah berpikir bahwa argumentasi penemuan ini akan segera berakhir.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya